KOMENTAR

INDONESIA-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) 2019 di Nusa Dua, Bali, (20 – 21/8), resmi dibuka oleh Presiden Joko Widodo. Rangkaian IAID 2019 ini adalah tindak lanjut dan upaya memelihara momentum Indonesia-Africa ​​​Forum (IAF) pada 2018.

Acara ini dihadiri oleh sekitar 700 pemimpin bisnis, pembuat kebijakan, pejabat senior pemerintah bahkan sejumlah menteri, dan para pemangku kepentingan lainnya dari Indonesia dan Afrika. Dalam acara IAID ini,  Indonesia meluncurkan negosiasi Perjanjian Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Agreement/PTA) untuk memacu perdagangan dengan beberapa negara Afrika seperti Mauritius dan Djibouti. PTA akan menurunkan tarif perdagangan, yang akan mendorong perdagangan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Kerja sama ekonomi Indonesia dengan negara-negara Afrika terus mengalami kemajuan dan perkembangan secara signifikan. Pada 2018 nilai perdagangan Indonesia-Afrika mencapai lebih dari Rp 156 triliun (USD 11,06 miliar), meningkat hingga 25% dari tahun sebelumnya. Kiprah perusahaan Indonesia di Afrika juga terus meningkat, dengan adanya sekitar 30 perusahaan Indonesia berinvestasi di Afrika, di antaranya 16 di Nigeria dan 5 di Ethiopia.

Menlu Retno Marsudi menyatakan bahwa komitmen Indonesia dan negara-negara Afrika adalah untuk maju dan sejahtera bersama. Indonesia ingin menjadi bagian dari pembangunan di Afrika dan sebaliknya, Indonesia ingin Afrika menjadi bagian dari pembangunan di Indonesia.

Berbeda dari masa lalu, Kementerian Luar Negeri kini tidak hanya menangani politik luar negeri, namun juga diplomasi ekonomi. “Ketika kita melakukan diplomasi ekonomi, Kemenlu juga melibatkan kementerian teknis dan bahkan BUMN dalam suatu misi yang komprehensif.” tutup Menlu Retno.

(Sumber: Kemlu)




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News