KOMENTAR

Jangan-jangan Allah ingin menunjukkan sesuatu kepada kita. Apakah kita mampu menjadi ‘tentara’ Allah dengan menunjukkan bahwa Islam itu baik, Islam itu indah? Dan akan lebih mengena jika kita menunjukannya melalui perbuatan baik.

F: Menurut Chacha, apa makna kata-kata “kembali ke fitrah”?

CF: Kembali menjadi diri kita seperti saat dilahirkan. Fitrahnya manusia itu seperti bayi, pasrah. Bayi mana tahu besok nasibnya bagaimana. Bayi selalu happy, tersenyum, dan tertawa. Tidak dilanda kekhawatiran atau ketakutan akan hal yang belum terjadi. Living at the present moment, hidupnya adalah pada detik itu, pada saat itu.

Bayi juga sudah disiapkan semua rezekinya oleh Allah. Alangkah indah hidup seperti bayi. Pakai baju sesuai kebutuhannya, makan sesuai kebutuhannya, selalu tersenyum saat bertemu orang, jika lelah ia tidur, hidup seperti tidak ada beban.

Selama kita tahu bahwa semua yang kita miliki hanya titipan Allah, santai saja. Ada satu hal yang baru aku pelajari yaitu tentang mencari ridha Allah. Bahwa apa yang kita miliki saat ini bukan semata didapat atas usaha atau kepintaran kita, melainkan karena ridha Allah. Jika kita pintar dalam suatu bidang, itu bukan berarti kita jago, tapi karena Allah mengizinkan kita.

Dengan memahami prinsip itu, aku menjadi lebih pasrah. Salah satu contohnya, aku kadang merasa lelah diminta berfoto oleh orang-orang. Aku ingin punya quality time bersama keluarga, ingin menjadi diri sendiri tanpa dikenali orang banyak. Sekarang, aku belajar lebih pasrah.

Allah yang menitipkan wajah ini kepadaku, Allah yang ridha, Allah yang ingin orang banyak mengenal aku. Akhirnya aku merasa bahwa orang mengenalku bukan karena aku syuting sinetron dan iklan, tapi karena itu pilihan yang diberikan oleh Allah. Usaha yang kita jalankan demi menuju sukses juga harus dilakukan demi menggapai ridha Allah. Dengan begitu, insya Allah apa yang kita kerjakan berbuah pahala yang akan menjadi reward kita nanti di akhirat.

Aku banyak belajar tafsir dari Pak Quraish Shihab karena membawakan acara Ramadhan setiap hari pukul dua dini hari. Beliau bilang, jika hidup ini sesuai logika manusia, maka orang yang lebih lelah bekerja seharusnya lebih kaya.

Artinya, titik ujung (dari usaha yang kita lakukan) memang Allah yang menentukan. Lantas kenapa kita harus berusaha, karena Allah akan memberi reward melalui usaha kita. Reward itu berupa kehormatan diri di dunia—karena kita bekerja bukan mengemis, juga berupa pahala untuk menyelamatkan diri kita di akhirat nanti.

F: Suka duka menemani suami terjun ke politik, dari Long Distance Relationship, sampai akhirnya menemani suami terjun ke dapil, adakah hikmah yang didapat?

CF: Setiap perempuan memiliki perjuangannya sendiri-sendiri dalam berumah tangga. Kita tidak tahu, Allah menitipkan perjuangan di sisi mana hidupnya. Karena aku yakin Allah Maha Adil, tidak mungkin manusia hidup di dunia tidak diberi ujian.

Kita tahu bahwa ujian ada dua, yaitu kesenangan dan kesusahan. Yang harus diingat adalah ujian kesenangan kadang lebih berat dari ujian kesusahan. Contohnya, saat menginap di hotel bintang lima, apakah tahajud kita tetap terjaga? Atau bisa juga diuji dengan banyak utang (kesusahan).

Artinya ketika kita mendapatkan ujian hidup, semua harus tetap dikembalikan lagi kepada Allah. Jika mendapat kenikmatan, insya Allah itu merupakan kenikmatan yang Allah ridhai untuk kita.

F: Bagaimana agar pikiran bisa lebih terbuka dan tidak mencari pembenaran untuk diri sendiri?

CF: Kita meminta kepada Allah agar bisa melihat dunia ini dari sisi yang lebih baik. Kita memohon kepada Allah untuk memudahkan pikiran kita memahami apa maksud dari ajaran Islam. Jika Allah ridha, Allah akan membuka jalan untuk kita. Bisa dari membaca buku, bisa dari orang lain.

Kita juga bisa belajar dari para nabi, bagaimana mereka berdoa kepada Allah. Bagaimana mereka memohon ampun karena merasa kurang pandai dalam berdakwah, sehingga kaum mereka masih saja berzina, kafir, dan melakukan perbuatan yang dilarang Allah. Kebalikannya, justru banyak dari kita saat ini yang berkata “saya yang benar, kamu yang salah”. Padahal nabi mencontohkan doa yang berisi introspeksi diri.

Di bulan Ramadhan, baiknya kita banyak membaca Qur’an. Nanti selepas Ramadhan, kita cek ricek, apakah kita memahami apa yang kita baca dan tafsirnya seperti apa. Jika masih belum paham, kita tandai ayat-ayatnya, kita tanyakan kepada kepada ahlinya.

Kita juga harus kritis memilih ahli. Ustaz mana yang memang ahli di bidang tersebut. Apakah tentang hukum Islam atau hadis. Jangan sampai terjadi miskom lalu kita menyalahkan ustaz yang kita anggap kurang tepat menjawabnya. Padahal kita yang tidak paham bidang keahlian ustaz tersebut.




Memaknai Hakikat Perempuan Hebat dari Sosok Mooryati Soedibyo: Empu Jamu Indonesia hingga Menjadi Wakil Rakyat

Sebelumnya

Mooryati Soedibyo Tutup Usia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women