KOMENTAR

KEMENTERIAN Kesehatan RI berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan tenaga kesehatan di daerah untuk melaksanakan pelayanan kesehatan, termasuk melakukan investigasi penyebab meninggalnya petugas Pemilu 2019. 

Hingga hari ini, telah dilakukan investigasi penyebab kematian petugas pemilu di 14 provinsi. Hasilnya, diketahui jumlah korban meninggal di DKI Jakarta sebanyak 18 jiwa, Jawa Barat 93 jiwa, Jawa Tengah 44 jiwa, Jawa Timur 60 jiwa, Banten 16 jiwa, Bengkulu 7 jiwa, Kepulauan Riau 3 jiwa, Bali 2 jiwa, Kalimantan Tengah 3 jiwa, Kalimantan Timur 6 jiwa, Sulawesi Tenggara 1 jiwa, Gorontalo tidak ada, Kalimantan Selatan 8 jiwa, dan Sulawesi Utara 2 jiwa.

Sebanyak 13 jenis penyakit ditambah kecelakaan menjadi penyebab meninggalnya petugas Pemilu 2019. Dari 13 penyakit itu, gagal jantung jadi penyebab terbanyak.

Sekretaris Jenderal Kemenkes RI, drg. Oscar Primadi, MPH mengatakan dari 13 penyakit itu yang paling banyak adalah jantung.  ''Ada 13 penyakit, yang paling mendominasi jantung, kemudian infarct myocard, koma hepatikum, stroke, dan hipertensi,'' katanya.

Gagal jantung menjadi penyebab terbanyak meninggalnya petugas Pemilu 2019 dengan jumlah 48 kematian. Diikuti stroke 24 kematian, dan infarct myocard 18 kematian.

10 penyakit lainnya, yakni koma hepatikum 7 kematian, respiratory failure 9 kematian, hipertensi emergency 3 kematian, meningitis 3 kematian, sepsis 6 kematian, asma 12 kematian, diabetes mellitus 5 kematian, gagal ginjal 8 kematian, TBC 9 kematian, kegagalan multi organ 8 kematian, dan satu lagi disebabkan oleh kecelakaan sebanyak 15 kematian. Sisanya sebanyak 323 belum tersedia data yang lengkap.

Di lain kesempatan, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K), MARS mengatakan untuk mencari penyebab kematian tidak mudah, ada beberapa proses yang harus dilakukan.  ''Yang dilakukan kalau meninggal di Fasyankes tentu di sana ada catatan medik, itu bisa dilakukan, yang meninggal di luar Fasyankes menggunakan autopsi verbal sesuai standar WHO,'' katanya, Senin (13/5).

Dr. Bambang mengatakan dirinya berbela sungkawa atas musibah yang terjadi. ''Tentu kita tidak ada yang mengharapkan kejadian ini,'' ucapnya.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News