KOMENTAR

 

Masalah gizi buruk termasuk kategori gizi sangat buruk yang disertai oleh penyakit lain. Tercatat di Dinas Kesehatan ada 11 anak dengan gizi sangat buruk, 60 gizi buruk, dan sekitar 350-an dengan gizi kurang. Menurut saya, selama ini bantuan yang diberikan dinas terkait kurang maksimal karena hanya mampu mengatasi masalah tersebut dalam tiga bulan. Akhirnya kami mengajukan proposal ke satu yayasan muslim terbesar di Amerika, yaitu Saleema Foundation.

 

Untuk pengidap gizi yang sangat buruk dibantu mulai dari pengobatan, disiapkan dokter spesialis anak, selama dua minggu semua anak di masukkan ke rumah sakit dan dipantau kesehatan mereka. Orangtuanya dibiayai untuk transportasi dan diberi uang saku selama di rumah sakit. Ketika pulang, rumahnya sudah dibedah, diberi bebek dan ayam untuk usaha, diberi modal kerja. Kemudian ada bantuan gizi setiap bulan selama satu tahun, dengan harapan dalam satu tahun anak-anak sudah sehat dan usaha orangtua sudah berjalan. Adapun penyakit penyerta gizi sangat buruk diobati sampai maksimal.

 

F: Jika bicara pariwisata, bagaimana melibatkan masyarakat untuk memajukannya?

LR: Kami lebih kepada mengubah mindset masyarakat. Sebelumnya, mereka agak menolak wisatawan (terutama asing) karena masih menjaga agama dan adat istiadat. Kami beri penjelasan bahwa menjadi destinasi wisata memang bukan berarti membiarkan hal-hal tidak senonoh terjadi, namun ada cara-cara yang lebih halus dan tidak kasar untuk memberitahu para tamu. Alhamdulillah mereka kini dapat menerima tamu dengan baik. Yang penting saling menjaga supaya kita tidak terpengaruh hal-hal negatif dari luar.

 

Banyak destinasi wisata yang bisa digali di Pesisir Selatan. Ke depannya akan seperti Bali, artinya setiap pojok Pesisir Selatan ada destinasi wisata. Tinggal bagaimana membuka akses menuju ke tempat tersebut. Sekarang ini saya sering mempromosikan sambil berharap kepada Pemerintah serta masyarakat secara mandiri dapat membuka jalan serta infrastrukturnya menuju kawasan tersebut. Satu per satu akan kami benahi karena sekarang fokusnya Mandeh, Cerocok Beach Painan, Jembatan Akar, dan air terjun Bayang Sani. Insya Allah akhir tahun ini jalan alternatif ke Padang sudah selesai dibangun hingga aksesnya bisa lebih mudah.

 

F: Seperti apa promosi wisata agar dikenal masyarakat Indonesia dan dunia?

LR: Tahun 2017 lalu, Kawasan Mandeh masuk nominasi dalam Anugerah Pesona Indonesia dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia untuk kategori “Surga Tersembunyi”. Ada 10 surga yang masih tersembunyi di Indonesia, namun yang terpopuler ada di Pesisir Selatan.

 

Di bulan Juli kami akan akan meresmikan ‘Kampung Batik’ Lumpo, kampung batik yang pertama di Sumatera. Untuk produksi sudah dari beberapa bulan lalu, namun karena SDM masih kurang, kami tidak berani menerima pesanan dalam jumlah yang besar. Untuk alat dan bahan kami berikan gratis, kemudian kami berikan garansi beli, jadi perajin mengerjakan sesuai permintaan. Alhamdulillah sekarang seluruh nagari (desa) yang ada di Lumpo ikut serta. Batik Pesisir Selatan lebih banyak bermain di warna tanah, menggunakan pewarna alami. Cikal bakalnya itu namanya batik Tanah Liek, karena batiknya direndam menggunakan tanah liat selama satu bulan untuk proses pewarnaannya. Kekayaan lain yang ingin diangkat yaitu sulaman bayangan dan sulaman bayangan aplikasi.

 

F: Bagaimana sebenarnya bisa muncul ide untuk bedah rumah?

LR: Sebagai istri Kepala Daerah, saya ingin berbuat maksimal untuk masyarakat Pesisir Selatan. Saya lihat masih banyak sekali rumah-rumah yang tidak layak huni karena baru lepas dari predikat daerah tertinggal. Saat awal bertugas, ada sekitar 7000-an rumah tidak layak huni berdasarkan data yang masuk. Selama ini yang bergerak adalah Pemerintah melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dalam setahun membangun 150-200 rumah. Sementara yang butuh jauh di atas itu. Akhirnya terbersit ide untuk melakukan bedah rumah di luar program pemerintah.

 

Melalui gerakan Dunsanak Membantu Dunsanak (saudara membantu saudara), kami mencarikan dana dari pihak ketiga, baik itu perorangan maupun perusahaan. Kami juga mengimbau dan mengajak mereka yang peduli untuk terlibat aktif. Mereka punya niat membantu, tetapi tidak ada orang yang menggerakkan. Dari situlah saya berperan sebagai motor penggerak teman-teman. Alhamdulillah banyak pihak yang mendukung dan memberikan bantuan, termasuk dari Polri, TNI, dan Bhayangkari. Mereka yang biasanya hanya bisa ‘mengadu dan mengeluhkan’ sekarang kami ajak untuk membantu berapapun jumlah nominal yang mereka sumbangkan.

 

Masalah rumah sangat penting karena merembet ke masalah sosial. Gara-gara rumah tidak layak huni, menimbulkan kejadian asusila. Target kami bersama-sama dengan Pemda membedah 1000 rumah dalam setahun. Alhamdulillah sudah terealisasi melampaui target. Tahun ini target kami ingin membedah minimal 1000 rumah lagi. Pak Bupati menyarankan minimal satu rumah dalam satu nagari dibedah menggunakan dana nagari. Harapan kami, masalah rumah tidak layak huni dapat tuntas dalam lima tahun masa jabatan.

 

F: Setelah dua tahun lebih berkiprah, aspek apa lagi yang masih harus dibenahi?

LR: Dua tahun itu bisa dibilang kami baru mulai. Memang banyak orang melihat sudah ada perubahan-perubahan menuju lebih baik, tapi kami merasa itu belum apa-apa. Masih banyak hal yang perlu diperbaiki karena segala sesuatu memang berproses. Perjuangan kami masih panjang. Beberapa penghargaan nasional yang kami terima menjadi cambuk pemicu agar kami lebih keras berusaha. Di antara yang pernah kami peroleh adalah penghargaan Kabupaten Sehat se-Sumatera Barat dan penghargaan Adiwiyata. Harus kita ingat bahwa penghargaan tersebut harus dijadikan gaya hidup, artinya masalah kebersihan, keindahan, kesehatan harus dijadikan gaya hidup masyarakat, bukan hanya bagus saat lomba saja.

 




Memaknai Hakikat Perempuan Hebat dari Sosok Mooryati Soedibyo: Empu Jamu Indonesia hingga Menjadi Wakil Rakyat

Sebelumnya

Mooryati Soedibyo Tutup Usia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women