Universitas Politeknik Hong Kong/Net
Universitas Politeknik Hong Kong/Net
KOMENTAR

TEKA-TEKI skenario akhir demo di Hongkong terjawab. Minggu malam lalu.

Malam itu kelompok radikal kembali ke markas mereka: di The Hong Kong Polytechnic University. Jumlahnya sekitar 1200 orang.
 
Kampus seluas 7 hektare itu sudah mereka kuasai sejak beberapa hari sebelumnya. Perkuliahan berhenti. Sudah jadi markas besar pendemo.

Pendemo membangun pos penjagaan di pintu masuk. Mereka menggunakan bahan-bahan seadanya: bambu, kayu, dan kardus.
 
Dua hari kemudian pos itu menjadi lebih baik: terbuat dari tumpukan bata.

Semua yang mau masuk kampus diperiksa. Mereka hanya ingin mencekal polisi masuk kampus. Terutama yang berpakaian preman.
 
Mereka lantas menamakan kampus Politeknik sebagai 'Shaolin Temple'.

Sejak itu pola demo pun berubah. Mulai menggunakan taktik gerilya. Pusat demo tetap Kowloon --di seberang Pulau Hongkong. Terutama di Nathan Road.
 
Setiap kali dibubarkan mereka lari ke jalan-jalan tembus. Setelah polisi berlalu mereka muncul lagi di Nathan Road. Media di Hongkong menggambarkannya sebagai taktik 'Tom & Jerry'.
 
Puncak segala demo itu adalah pemblokiran terowongan bawah laut --yang menghubungkan pusat kota di Pulau Hongkong dengan pusat kota di Kowloon.

Demonstran menguasai salah satu terowongan itu selama 4 hari. Lalu-lintas di dua wilayah itu kacau sekali.

Polisi akhirnya bisa menguasai kembali terowongan itu. Pendemo berkonsentrasi ke dua kampus: Politeknik dan Chinese University Hongkong.

Terutama di Politeknik. Yang lokasinya lebih dekat dengan pusat demo sehari-hari.

Chinese University, juga di Kowloon, kampusnya terlalu luas: 137 hektare. Agak jauh pula.
 
Dua kampus ini mendapat gelar informal sebagai 'kampus perjuangan'. Mahasiswanya selalu terlibat dalam kegiatan demo politik. Sejak dari tahun 1960. Sampai demo besar tahun 2014. Dan sekarang ini.
 
Wilayah Kowloon memang dianggap wilayah 'kampung' yang miskin. Sedang wilayah Pulau Hongkong dianggap lebih kaya dan berkelas.

Dua kampus itu dianggap berbeda dengan Hongkong University. Yang lokasinya di Pulau Hongkong. Hongkong U dikenal sebagai universitas elite --berbahasa Inggris dan awalnya bagian dari penjajah Inggris. Bapak kemerdekaan Tiongkok Dr Sun Yat-sen adalah alumni fakultas kedokteran Hongkong U.

Penguasaan kampus Politeknik oleh pendemo ini sampailah Minggu malam lalu.

Minggu itu, setelah sayap radikal masuk ke kampus Politeknik terjadilah hal di luar perkiraan mereka: pintu-pintu masuk ke kampus itu diblokade polisi.

Hanya satu pintu yang tetap dibuka: yang dekat Gedung Y. Itu pun dijaga polisi. Yang keluar masuk pintu Y harus melewati pemeriksaan.

Politeknik pun punya dua pintu penjagaan. Di luarnya pintu penjagaan polisi. Agak di dalamnya pos menjagaan pendemo.

Politeknik ini punya 27.000 mahasiswa. Gedungnya banyak sekali. Ada Gedung A sampai Z. Fasilitasnya lengkap. Punya hotel --sekalian untuk magang mahasiswa jurusan pariwisata.

Fasilitas olahraganya sangat lengkap. Pun sampai arena menunggang kuda.

Laboratoriumnya juga modern. Banyak bahan kimia tersimpan di situ.

Tiba-tiba saja pendemo yang di dalam kampus seperti terkurung polisi.

Pendemo terbelah. Ada yang takut dan was-was. Ada pula yang kian marah dan kian radikal. Perusakan terjadi kian seru di dalam kampus. Juga pelemparan bom-bom botol ke arah polisi. Termasuk dengan ketapel raksasa.

Jam 9 malam tiba.

Polisi menyebarkan pengumuman: agar mereka meninggalkan kampus.

Yang bertahan di dalam akan dianggap sebagai pelaku kerusuhan.

Lantas beredar rumor di antara aktivis: yang keluar kampus akan langsung ditangkap.

Malam itu pendemo terbelah dua lagi. Ada yang ingin meninggalkan kampus. Ada yang bertekad bertahan. Posisinya 50:50.




Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Sebelumnya

Muara Yusuf

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Disway