Ilusttrasi/Net
Ilusttrasi/Net
KOMENTAR

NEGERI sakura Jepang tengah mengalami krisis kesuburan yang semakin memburuk. Hal itu terungkap dalam data terbaru yang dirilis oleh pemerintah Jepang pekan lalu.

Dalam data yang dihimpun sejak tujuh bulan pertama di tahun 2019 tersebut, ditemykan bahwa ada angka kelahiran yang menurun tajam dalam 30 tahun.

Angka kelahiran di Jepang turun 5,9 persen dari bulan Januari hingga Juli tahun ini. Penurunan ini terjadi karena sejumlah faktor, termasuk menyusutnya jumlah wanita usia subur dan banyaknya wanita menunda memiliki anak atau memutuskan untuk tidak memiliki anak sama sekali.

Dalam data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang itu juga ditemukan bahwa selama periode tersebut, jumlah total kelahiran adalah 518.590.

Sebagai perbandingan, selama keseluruhan tahun 2018 lalu, penghitungan resmi kelahiran di Jepang adalah 918.397. Angka itu tidak termasuk bayi yang lahir dari orang asing di Jepang dan bayi Jepang yang lahir di luar negeri.

"(Penurunan kelahiran) terjadi lebih cepat dari proyeksi resmi yang dibayangkan," kata jurubicara Institut Nasional Kependudukan dan Penelitian Jaminan Sosial Jepang, Yasushi Mineshima seperti dimuat CNN.

Tren penurunan tingkat kelahiran di Jepang sendiri diketahui terjadi sejak akhir 1970an. Kemudian pada tahun 2005, menurut data pemerintah Jepang, tingkat kelahiran mencapai rekor terendah 1,26, tetapi kemudian tampaknya berada di jalur pemulihan sampai mulai jatuh lagi pada tahun 2016.

Baru kemudian pada tahun 2018, tingkat kelahiran berada di titik 1,42.

Sedangkan untuk mempertahankan populasi yang stabil, negara-negara membutuhkan tingkat kesuburan atau kelahiran di titik 2,1.

Mineshima percaya krisis Jepang disebabkan oleh menyusutnya jumlah wanita usia subur.

"Anak-anak baby-boomer mencapai usia akhir 40an, yang menyebabkan penurunan radikal dalam kelahiran," katanya.

Bukan hanya itu, menurut analisis pemerintah, banyak juga tren di mana perempuan Jepang menunda memiliki anak karena lebih banyak dari mereka memasuki dunia kerja.

Penyebab lain menurunnya angka kelahiran di Jepang adalah turunnya angka pernikahan.

Pada tahun 2018, angka pernikahan mencapai 4,7 per 1.000 anggota populasi di Jepang, Jumlah itu merosot drastis jika dibandingkan dengan lebih dari 10 pada tahun 1970an.

Untuk mengatasi tren penurunan angka kelahiran ini, pemerintah Jepang telah menetapkan target tingkat kesuburan mencapai 1,8. Pemerintah Jepang juga memfokuskan upayanya pada peningkatan keseimbangan kehidupan kerja perempuan dengan meningkatkan jumlah tempat di pusat penitipan anak dan memberikan cuti bagi orang tua yang lebih banyak.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News