Hubungan suami istri tercipta dari banyak perbedaan. Tinggal bagaimana mengelola perbedaan itu menjadi suatu yang menyatukan keduanya/Net
Hubungan suami istri tercipta dari banyak perbedaan. Tinggal bagaimana mengelola perbedaan itu menjadi suatu yang menyatukan keduanya/Net
KOMENTAR

PERBEDAAN adalah keniscayaan, bahkan anak kembar pun tidak pernah benar-benar sama. Apalagi suatu hubungan pernikahan, maka tidak akan terjadi suami istri yang sama dalam segalanya. Rambut sama hitam, pikiran dan perasaan akan berlainan.

Tidak pernah ada kejadiannya, pernikahan bertujuan untuk membuat sama suami istri. Tidak seperti itu! Sekeras apapun dipaksakan, tetap saja upaya mustahil tersebut akan menemui jalan buntu. 

Imam al-Ghazali dalam bukunya Menjadi Manusia Ma’rifat dan Berjiwa Besar (2020: 47) menjelaskan, seorang istri yang setia tidak akan pernah sempurna menjadi orang yang engkau harapkan. Karena itu, engkau harus belajar menyesuaikan dengan kehidupan.

Dalam sebuah hadis dinyatakan, “Janganlah seorang suami terlalu membenci istri jika dia tidak menyukai salah satu dari sikapnya, sebab dia pasti akan menyukai sikap-sikap lainnya.”

Dalam beberapa aspek, suami istri akan memiliki kesamaan, maka berupayalah untuk merawat kebersamaan. Pada banyak hal, suami istri akan berbeda dan bisa saja perbedaan menimbulkan pertengkaran. Inilah seninya pernikahan, yang menantang suami istri sama-sama piawai dalam mengelola perbedaan, mengusung prinsip win-win solution.

Yang berfaedah kita lakukan adalah mensyukuri perbedaan. Sesungguhnya terdapat manfaat dari besarnya perbedaan di antara suami istri:

Pertama, menempa kedewasaan diri. Perbedaan sekilas membuat tidak nyaman, segala sesuatunya tidak berjalan dengan mulus. Terkadang, ada berbagai drama yang menegangkan di antara suami istri. 

Namun, cobalah melihat keunikan lainnya. Ternyata, perbedaan itu membuat kita semakin dewasa, semakin terasah dan semakin matang cara berpikir dan kecermatan dalam bersikap. Pasutri menempa kedewasaan dengan bijaksana menghargai perbedaan.

Kedua, kesempatan belajar. Beda bukan berarti buruk. itu tidak pula bermakna kita benar dan yang lain salah. Perbedaan adalah kesempatan untuk terus belajar sepanjang hayat. Perbedaan suami boleh jadi keunggulan yang patut dipetik nilai lebihnya dan perbedaan istri bisa saja kemuliaan yang merupakan anugerah. Tinggal bagaimana kita memakai cara pandang yang lebih bijaksana.

Ketika memiliki pandangan yang berbeda, suami istri dapat memperluas pemahaman tentang makna kehidupan. Dengan mendengarkan dan berbicara satu sama lain, kita bisa mendapatkan perspektif yang lebih luas. Ini adalah pelajaran penting dalam pengembangan pribadi dan hubungan yang sehat bersama pasangan.

Ketiga, menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan. Suami dan istri memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Dengan mengenalinya, pasangan dapat bekerja sama untuk menciptakan keseimbangan yang lebih baik dalam pernikahan mereka. 

Misalnya, jika satu pasangan kuat dalam perencanaan keuangan, sementara yang lain lebih baik dalam pengasuhan anak. Perbedaan ini bukan saja saling melengkapi dan mendukung, tetapi menjadi kekuatan bersama.

Keempat, mengasah kemampuan komunikasi. Konflik adalah bagian alami dari setiap hubungan dan perbedaan sering kali menjadi sumber potensi konflik. Mengelola perbedaan dengan bijaksana dapat memperkuat kemampuan komunikasi. Dengan berbicara dari hati ke hati, pasangan dapat membangun pondasi komunikasi yang lebih kuat dan lebih efektif. Ini juga memungkinkan pasutri berkembang sebagai tim yang lebih baik dalam menghadapi masalah rumah tangga.

Jika yang dipegang adalah prinsip pasangan harus benar-benar cocok, maka pernikahan hanya akan melahirkan rentetan kekecewaan. Terus-terusan kecewa jelas akan menghancurkan rumah tangga. Sadarilah, kekecewaan itu justru berpangkal dari kurang bijaksana dalam memahami perbedaan. 

Pandang saja perbedaan sebagai suatu kewajaran, niscaya hati suami dan istri akan senantiasa lapang dalam menjalani keunikan pasangan. Lagi pula, belum tentu kita yang benar, sebab boleh jadi pasangan yang menyelamatkan dari kebinasaan.

Memandang ringan terhadap perbedaan bukan berarti memandangnya remeh. Ini hanyalah upaya meringankan hati kita sendiri dalam menjalani serba-serbi pernikahan.




Menjadi Korban Cinta yang Salah

Sebelumnya

Ana Khairun Minhu

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur