Ilustrasi wukuf di Arafah bagi jemaah haji. (BMS)
Ilustrasi wukuf di Arafah bagi jemaah haji. (BMS)
KOMENTAR

SETIAP tahun, 9 Dzulhijjah datang membawa pesan sunyi nan dalam bagi hati yang rindu akan ampunan. Di tengah kesibukan dunia dan rutinitas yang terus berputar, puasa Arafah hadir sebagai ruang teduh bagi jiwa untuk merenung, kembali, dan berserah sepenuhnya kepada Allah Swt.

Puasa Arafah adalah ibadah sunnah yang begitu istimewa, dikerjakan tepat sehari sebelum Iduladha, dan tahun ini jatuh pada Kamis, 5 Juni 2025. Bagi umat Islam yang tidak sedang berhaji, ini adalah kesempatan emas untuk membersihkan diri dari dosa yang telah lalu dan bahkan yang akan datang.

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ

Rasulullah saw. bersabda, "Puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." (HR. Muslim).

Bayangkan, hanya dengan satu hari menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu, Allah menjanjikan pengampunan dua tahun penuh. Bukankah ini tanda kasih sayang-Nya yang tak terhingga?

Tak hanya itu, hari Arafah juga dikenal sebagai salah satu waktu paling mustajab untuk berdoa. Inilah saat langit terbuka luas, ketika doa-doa yang tulus menembus batas, menuju Sang Pengabul harapan. Maka, manfaatkan hari ini untuk memohon, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang kita cintai, dan untuk dunia yang sedang terluka.

Mari niatkan puasa Arafah bukan sekadar ritual, melainkan sebagai bentuk kerinduan kita (hamba) kepada ampunan-Nya. Kita tak pernah tahu seberapa banyak dosa yang telah dilakukan, namun kita tahu, rahmat Allah selalu lebih besar dari itu semua.

Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala.”

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Arafah karena Allah ta’ala

Besok, saat fajar menyingsing di hari Arafah, semoga kita tergolong di antara hamba-hamba yang dimuliakan—dengan hati bersih, doa yang tulus, dan ampunan yang melimpah. Insya Allah.




Wukuf di Arafah: Momentum Suci Menuju Haji Mabrur

Sebelumnya

Tak Perlu Menjadi Juri Atas Kehidupan Orang Lain

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur