SEBAGAI orang tua, kita tentu ingin anak tumbuh menjadi pribadi yang sukses dan bahagia. Tapi, tahukah kita bahwa kesuksesan anak tak hanya ditentukan oleh IQ, penampilan, atau status sosial ekonomi? Banyak psikolog, termasuk Angela Duckworth dari University of Pennsylvania, justru menekankan pentingnya GRIT—yakni kombinasi antara semangat, ketekunan, dan tujuan jangka panjang—sebagai penentu utama kesuksesan dalam hidup.
Grit bukan soal siapa yang tercepat, tapi siapa yang mampu bertahan paling lama dalam proses yang sulit dan melelahkan. Angela menyebutnya seperti berlari maraton, bukan sprint. Sayangnya, konsep ini jarang diajarkan di rumah atau sekolah. Anak-anak masih lebih sering dipuji karena nilai sempurna, bukan karena usaha kerasnya yang konsisten.
Lalu, seperti apa sebenarnya grit itu? Ada lima ciri utama yang bisa kita kenalkan kepada anak sejak dini:
- Keberanian (Courage): Berani mencoba hal baru, mengambil risiko, bahkan ketika orang lain meragukan. Anak yang berani akan tumbuh jadi pribadi yang mandiri dan percaya diri.
- Ketekunan (Conscientiousness): Anak belajar menyelesaikan tugas dengan teliti dan tanggung jawab, meski terasa membosankan atau sulit.
- Daya Juang (Perseverance): Mengajarkan bahwa kegagalan bukan akhir, tapi bagian dari proses. Anak yang tangguh akan terus mencoba meski jatuh berulang kali.
- Resiliensi (Resilience): Kemampuan untuk bangkit saat kecewa atau terluka. Anak yang tangguh tidak mudah menyerah, dan bisa melihat sisi baik dari tantangan hidup.
- Gairah (Passion): Anak memiliki tujuan yang ia cintai, dan terus berupaya mencapainya dengan semangat yang menyala.
Sebagai orang tua, mari kita mulai memuji proses, bukan hasil. Ajarkan bahwa jatuh itu wajar, tapi bangkit adalah pilihan. Dengan menumbuhkan grit, kita tidak hanya membesarkan anak yang cerdas, tapi juga anak yang siap menghadapi hidup dengan kepala tegak dan hati kuat.
KOMENTAR ANDA