Kondisi Masjid Al-Aqsa sebelum rusak akibat serangan Israel/Insert
Kondisi Masjid Al-Aqsa sebelum rusak akibat serangan Israel/Insert
KOMENTAR

SETIAP kali konflik Palestina Israel meletus, Al-Aqsha akan selalu menjadi topik pembicaraan. Bagi umat Islam, Al-Aqsha sangatlah penting sebab menjadi bagian dari perjalanan Nabi Muhammad melakukan Isra Mikraj. Al-Aqsha pula yang merupakan kiblat pertama dari kaum muslimin sebelum kemudian diperintahkan Allah beralih ke Ka’bah.

Tentang Al-Aqsha tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an, pada surat Al-Isra’ ayat 1, yang artinya:

“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Meskipun tidak sedang dalam momentum memperingati Isra Mikraj, tapi membahas ayat ini sangatlah penting. Karena sampai kapanpun konflik berdarah Palestina Israel akan terus bersinggungan dengan semangat membela kesucian Al-Aqsha.

M. Quraish Shihab pada Tafsir Al-Lubab Jilid 2 (2020: 212) menjelaskan, ayat pertama surat ini menyatakan Allah Mahasuci dengan kesucian yang Mahasempurna, yang telah mengisrakan, yakni memperjalankan pada waktu malam hamba-Nya, Nabi Muhammad Saw, pada suatu bagian singkat dari malam dari Masjid al-Haram yang berada di Mekkah ke Masjid al-Aqsha, yakni tempat sujud terjauh ketika itu di daerah Palestina yang telah Allah berkahi.

Tujuan perjalanan itu, lanjut ayat ini, adalah agar Allah perlihatkan kepadanya dengan mata kepala atau mata hati Nabi Muhammad Saw sebagian dari tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya. Allah Swt yang mengisrakan itu adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Perjalanan Isra Mikraj dimulai dari Masjid al-Haram di Mekkah, tempat yang penuh makna sebagai tempat sujud pertama dalam Islam. Dari sana, Nabi Muhammad Saw diperjalankan pada waktu malam menuju Masjid Al-Aqsha di Palestina.

Al-Aqsha, yang artinya “tempat yang jauh,” bukan hanya mencermatinya sebagai nama sebuah masjid, patut dipahami betapa Al-Aqsha itu diberkahi oleh Allah Swt. Perjalanan yang dikenal sebagai Isra' dan Mi'raj merupakan pengalaman spiritual yang sangat penting dan menakjubkan dalam kehidupan Rasulullah. Namun, lebih jauh, juga berpengaruh besar bagi kaum muslimin sebab Al-Aqsha ditegaskan menjadi salah satu tempat yang diberkahi Ilahi. Maka siapapun yang membela Al-Aqsha akan memperoleh limpahan keberkahan-Nya.

Al-Aqsha telah diberikan penghormatan yang tinggi dalam Al-Qur’an, hendaknya membuat kita terus bersemangat menggali mutiara-mutiara hikmah sehingga dapat semakin memperkuat rasa cinta pada Al-Aqsha.

Shabri Shaleh Anwar dalam buku Kejadian Isra' Mi'raj (2020: 14-15) menjelaskan, secara manusiawi tentu kita akan bertanya, mengapa Allah menggariskan Masjid Al-Aqsa sebagai landasan take off bagi Buraq untuk perjalanan selanjutnya menuju langit?

Menurut keterangan dalam kitab Marah Labid atau Tafsir al-Munir karya Imam An-Nawawi Al-Bantani, disebutkan bahwa posisi Masjidil Aqsha tegak lurus dengan jalan menuju pintu langit, sehingga tidak ada hambatan secara saintifik.

Masjid Al Aqsha arti harfiah “masjid terjauh”, juga disebut dengan Baitul Maqdis atau Bait Suci adalah nama sebuah kompleks seluas 244.000 meter persegi yang berada di Kota Lama Yerusalem.

Dalam sudut pandang umat Muslim, Nabi Muhammad diangkat ke Sidratul Muntaha dalam peristiwa Isra Mikraj dari tempat ini setelah sebelumnya dibawa dari Masjid Al-Haram di Mekkah. Masjid Al-Aqsha juga menjadi kiblat umat Islam generasi awal hingga tujuh belas bulan setelah hijrah sampai kemudian dialihkan ke Ka'bah di Masjidil Haram.

Al-Aqsha, sebuah nama yang menggetarkan hati umat Islam dan mengandung makna keagungan serta keberkahan yang mendalam. Masjid Al-Aqsha, yang berlokasi di Yerusalem, Palestina, bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol ketaatan, sejarah panjang, dan keberkahan yang melimpah.

Dalam keterikatan spiritual, jejak sejarah, dan tantangan dalam melindunginya, maka keberkahan Al-Aqsha terus bersemi. Menjaga keberkahan ini berarti menghormati nilai-nilai Islam, merawat warisan sejarah, dan berkomitmen untuk melibatkan diri dalam upaya menjaga kesuciannya.

Al-Aqsha berarti masjid atau tempat sujud yang terjauh. Namun, ibarat kata pepatah, jauh di mata dekat di hati. Sejauh apapun jarak Al-Aqsha dari pandangan mata, tetapi akan senantiasa dekat di hati setiap umat Islam. Bahkan semakin jauh jaraknya, kian besar keberkahan yang dirasakan oleh para pembelanya.

Al-Aqsha akan selalu mendapat perhatian dan pembelaan dari segenap kaum muslimin. Al-Aqsha adalah masjid suci yang diberkahi dan tidak akan diam umat Islam apabila kesuciannya terancam.

Al-Aqsha berlimpah berkah, maka tidak akan pernah kehilangan keberanian dalam membela. Kaum muslimin menyadari dan mendamba keberkahannya.




Assalamualaikum dan Semangat Mulia yang Menaunginya

Sebelumnya

Tafsir Keadilan Gender di Antara Mukmin Perempuan dan Mukmin Laki-laki

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tafsir