Ilustrasi matahari terbit. (Freepik/jannoon028)
Ilustrasi matahari terbit. (Freepik/jannoon028)
KOMENTAR

TAHUN baru Hijriah bukan sekadar pergantian kalender Islam. Ia adalah momen reflektif, saat kita diingatkan untuk berhenti sejenak, merenungi perjalanan hidup, dan menata langkah ke depan dengan lebih baik. Di awal tahun 1447 Hijriah ini, mari kita awali dengan doa penuh makna:

“Allāhumma ad-khilhu ‘alainā bil-amni wal-īmāni was-salāmati wal-islām, wa jiwaarin minasy-syaithān, wa ridhwānim minar-Rahmān.”
Artinya: “Ya Allah, masukkanlah kami pada bulan ini dengan rasa aman, keimanan, keselamatan, dan Islam. Lindungilah kami dari gangguan setan, dan karuniakanlah rida-Mu, Dzat Yang Maha Pengasih.”

Doa ini bukan hanya lafaz, tapi cermin harapan dan kesadaran. Kita meminta Allah memasukkan kita ke tahun baru dengan ketenangan lahir batin, teguhnya iman, serta keselamatan dari marabahaya dan godaan setan. Lebih dari itu, kita memohon rida-Nya—karena hidup yang diridai Allah adalah hidup yang penuh makna.

Namun, doa saja tak cukup. Tahun baru harus diiringi ikhtiar sungguh-sungguh agar keimanan kita meningkat, ibadah kita membaik, dan sikap kita terhadap sesama manusia menjadi lebih ihsan—penuh kasih, santun, dan bermanfaat.

1447 Hijriah hendaknya menjadi titik balik. Apakah kita sudah menjadi muslim yang peduli pada sesama? Sudahkah kita menjadi pribadi yang memberi manfaat bagi lingkungan, umat, dan dunia? Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)

Mari jadikan tahun ini bukan hanya angka baru, tapi langkah baru. Tingkatkan kualitas ibadah, luaskan kepedulian sosial, dan perbanyak kontribusi nyata. Kebaikan tak selalu berupa hal besar—senyum tulus, mendoakan saudara, atau berbagi makanan pun bernilai di sisi Allah.

Akhirnya, semoga tahun baru 1447 H ini membawa kedamaian dalam hati, keistiqamahan dalam iman, dan keberkahan dalam setiap langkah. Semoga kita menjadi hamba yang semakin dekat kepada Allah Swt. dan manusia yang semakin berarti bagi sesama. Aamiin.




Belajar dari Kesabaran Ibrahim dan Keikhlasan Ismail: Refleksi Hikmah Iduladha di Zaman Now

Sebelumnya

Wukuf di Arafah: Momentum Suci Menuju Haji Mabrur

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur