IDULADHA bukan sekadar perayaan penyembelihan hewan kurban, tetapi momentum spiritual yang sarat makna. Di balik kisah Nabi Ibrahim as. dan putranya, Ismail as., tersimpan pelajaran mendalam tentang keimanan, kesabaran, dan keikhlasan—nilai-nilai yang sangat relevan untuk kita di era modern ini.
Ketika Allah Swt. memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, beliau tidak ragu meski perintah itu mengguncang naluri kemanusiaan. Ismail pun menunjukkan keikhlasan luar biasa dengan berkata, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” (QS. Ash-Shaffat: 102). Kisah ini bukanlah sekadar sejarah, melainkan simbol ketaatan mutlak kepada Allah yang perlu kita teladani.
Di tengah kehidupan serba cepat dan penuh tekanan saat ini, banyak dari kita menghadapi ujian dalam bentuk yang berbeda: kegagalan, kehilangan, atau kesempitan rezeki. Dalam kondisi seperti ini, kesabaran Ibrahim dan keikhlasan Ismail menjadi cermin. Mereka mengajarkan bahwa keimanan sejati tidak tumbuh dalam kenyamanan, tetapi diuji dalam pengorbanan.
Kesabaran bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan terus berikhtiar sambil menggantungkan harapan hanya kepada Allah. Kita perlu meyakini bahwa setiap kesulitan pasti diiringi kemudahan, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Insyirah ayat 6, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
Hikmah Iduladha juga mengingatkan kita untuk senantiasa berpegang teguh pada kebesaran Allah Swt. Dalam menghadapi tantangan hidup, hanya kepada-Nya tempat kita kembali. Keikhlasan dalam menerima takdir dan kesabaran dalam ikhtiar adalah bentuk ibadah hati yang sering luput dari pandangan.
Mari jadikan Iduladha sebagai titik tolak untuk memperkuat keimanan, menumbuhkan kesabaran, dan belajar ikhlas dalam menjalani kehidupan. Karena dalam setiap ujian, tersimpan janji Allah yang tidak pernah mengingkari hamba-Nya.
KOMENTAR ANDA