Tak ada ibadah perempuan yang sia-sia/Freepik
Tak ada ibadah perempuan yang sia-sia/Freepik
KOMENTAR

IBADAH, sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan, adalah inti dari kehidupan keagamaan. Oleh sebab itulah, sangat penting bagi Al-Qur’an mempertegas posisi perempuan dalam ibadah.

Kitab suci menyiratkan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam meraih rida Allah Swt., dan juga mengisyaratkan bahwa Tuhan menempatkan amal perempuan sejajar dengan amal laki-laki.

Surat Ali Imran ayat 195, yang artinya, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan perbuatan orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain.”

Sayyid Quthb pada Tafsir Fi Zhilalil Qur`an Jilid 4 (2001: 224) mengungkapkan:

Ummu Salamah berkata, “Wahai Rasulullah, kami tidak berperang sehingga dapat mati syahid, dan kami tidak dapat memotong warisan.”

Kemudian sesudah itu Allah menurunkan ayat 195 surat Ali Imran (yang artinya), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan perbuatan orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan."

As-Sudi berkata mengenai ayat ini, “Sesungguhnya beberapa orang laki-laki berkata, ‘Kami ingin mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari pahala perempuan, sebagaimana di dalam pembagian kami mendapatkan dua saham.’

Kaum perempuan berkata, ‘Sesungguhnya kami ingin mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mati syahid, akan tetapi kami tidak dapat berperang. Namun, seandainya kami diwajibkan berperang, niscaya kami akan berperang.’

Terpujilah orang-orang saleh dari kalangan muslimin dan muslimah yang menjadi bagian dari latar belakang turunnya (asbabul wurud) ayat ini. Karena di antara perempuan dan lelaki itu terjadi persaingan sehat dalam amal kebaikan (fastabiqul khairat).

Ummu Salamah mewakili kaum hawa memprotes keunggulan lelaki yang berkewajiban terjun dalam peperangan atau berjihad membela agama Allah, hingga di antara mereka pun ada yang berkesempatan meraih mati syahid, mati dalam kemuliaan tertinggi.

Sehingga kaum muslimah juga berkeinginan untuk disediakan sesuatu ibadah yang juga meninggikan derajat mereka di hadapan Allah. Intinya, kaum perempuan tidak mau ketinggalan dalam urusan amal kebajikan dari pria.

Tuntutan ini ditanggapi Allah Swt melalui turunnya ayat suci, surat Ali Imran ayat 195, bahwasanya secara prinsip tidak ada diskriminasi dalam beribadah. Sama sekali tidaklah demikian! Karena pada hakikatnya dalam agama Islam, kedudukan perempuan dan laki-laki sama saja dalam menunaikan ibadah.

Tidak ada ibadah perempuan yang sia-sia, sebab setiap ibadah yang ditunaikan dengan tulus ikhlas karena Allah semata, akan memperoleh ganjaran yang berlipatganda.

Bahkan pada ibadah tertentu justru hanya perempuan yang mampu melakukannya, seperti hamil, melahirkan, menyusui adalah contoh dari ibadah istimewa yang dikhususkan buat kaum hawa. Dan tentunya ibadah yang sesuai kodrat itu bernilai pahala yang luar biasa.

Selain itu, penting sekali bagi kita memahami penafsiran Sayyid Quthb (2001: 225) yang menerangkan:

Akan tetapi, yang menjadi sasaran Islam pada semua ini ialah merealisasikan manhajnya yang lengkap dengan segala sisinya. Bukan untuk memperhitungkan lelaki saja atau perempuan saja!

Akan tetapi, untuk memperhitungkan “manusia” dan memperhitungkan “masyarakat muslim”; dan untuk memperhitungkan akhlak, kesalehan, dan kebaikan secara mutlak dan umum; serta memperhitungkan keadilan yang mutlak dan sempurna dalam semua segi dan sebabnya.

Manhaj Islam selalu mengikuti fitrah dalam membagi tugas-tugas dan dalam menentukan bagian laki-laki dan perempuan. Pada dasarnya merupakan fitrah menjadikan laki-laki sebagai laki-laki dan perempuan sebagai perempuan. Lalu memberikan kekhususan dan keistimewaan masing-masing, untuk menyandarkan tugas-tugas tertentu kepada masing-masing pihak.

Demikianlah indahnya Islam menciptakan beragam ibadah, sehingga perempuan atau laki-laki dapat mengambil perannya sesuai kodrat masing-masing. Pada hakikatnya ibadah dalam Islam sama sekali tidak membahas “ini untuk lelaki“ atau “ini untuk perempuan”, melainkan tegak di atas manhaj yang kokoh, bahwasanya segala sesuatu memiliki peran dan fungsi tersendiri.

Sehingga kembali lagi kepada setiap individu untuk menentukan sikap dalam beribadah. Percuma saja kalau telah tersedia beragam macam ibadah, sementara perempuan tersebut tidak mau melaksanakan ibadah-ibadah yang berlimpah pahala.

Dan Allah Swt. menjanjikan tidak akan pernah sia-sia apa pun ibadah yang ditunaikan baik itu oleh perempuan maupun lelaki. Asalkan kita menunaikannya dengan hati yang seutuhnya. Maka giatlah dalam menunaikan ibadah dan jangan pernah merasa dibedakan. (F)




Assalamualaikum dan Semangat Mulia yang Menaunginya

Sebelumnya

Tafsir Keadilan Gender di Antara Mukmin Perempuan dan Mukmin Laki-laki

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tafsir