Ilustrasi pribadi chameleon/Net
Ilustrasi pribadi chameleon/Net
KOMENTAR

DALAM pergaulan sosial, kita mengenal istilah social butterfly atau yang lebih familiarnya lagi adalah orang dengan kepribadian ekstrovert. Mereka dengan kepribadian ini sama-sama suka berbaur dan bersosialisasi dengan banyak orang.

Belakangan, ada istilah baru yang muncul yaitu “Social Chameleon”. Layaknya bunglon, orang dengan kepribadian social chameleon ini memiliki kemampuan mimikri atau meniru keadaan di sekitarnya untuk mempertahankan diri. Mereka mampu mengobservasi keadaan dengan sangat baik, sebelum akhirnya menggunakan hasil observasi itu untuk membaur.

Mengutip New York Times, Mark Snyder, social psychologist Universitas Minnesota mengatakan, ada beberapa kebiasaan chameleon dalam bersosialiasi, yang kemudian menjadi ciri khasnya:

  • Si Chameleon akan memperhatikan dengan sangat tajam, tanda-tanda atau tindakan orang lain. Tujuannya, agar mereka mendappatkan informasi yang akurat terkait respon yang diharapkan oleh orang lain dari dirinya, sebelum akhirnya merespon sesuatu.
  • Demi membuat orang lain merasa nyaman dengan keberadaannya, biasanya Si Bunglon mencoba menjadi seseorang yang diinginkan oleh orang tersebut.
  • Dengan kemampuannya, para social chameleon akan berusaha untuk membentuk diri mereka sesuai dengan situasi. Makanya, mereka bisa dengan cepat berubah menjadi orang yang sangat berbeda, tergantung dengan kelompok mana berkumpul.

Menjadi seorang chameleon memang tidak selamanya buruk, karena ada beberapa profesi yang menuntut karyawannya untuk memiliki kemampuan itu, demi mendapai apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Apalagi, seorang chameleon sangat peka terhadap situasi sosial apapun.

Hanya saja, karena harus berusaha untuk ‘mengubah’ diri sesuai dengan situasi, Si Chameleon biasanya akan mudah merasa lelah dan cenderung tidak memiliki kepercayaan diri, terutama ketika berlaku sesuai dengan kepribadian aslinya. Mereka juga menjadi mudah stres, manakala hasil observasinya tidak benar.

Tidak hany aitu, seorang chameleon memiliki perasaan takut tidak dianggap tidak gaul, takut dianggap berbeda, dan takut diasingkan oleh orang lain atau kelompoknya. Akibatnya, dia ikut-ikutan menyamakan pendapat atau sikap ketika terjadi pembicaraan penting dalam grup.

Nah, bagaimana menurut Sahabat Farah? Apakah menjadi social chameleon itu mengasyikkan atau malah semakin menjerumuskan dalam ketidakpastian kepribadian?




Kembali Beraktivitas Pascalibur Lebaran, Simak Tips Bekerja Efektif dan Lebih Fresh ala POCO

Sebelumnya

Viral Kabar Anak Kecil Dipaksa Orang Tuanya Nonton Film Siksa Kubur di Bioskop, Ini Masukan dari Praktisi Pendidikan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family