Linda Kolocotronis/Net
Linda Kolocotronis/Net
KOMENTAR

BERMULA mempelajari Al Quran karena ingin mencari kesalahan isinya, Linda Kolocotronis justru menemukan hidayah. Surah al-An’am ayat 73, “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan, ‘Jadilah, lalu terjadilah’,” membuat ia memutuskan diri memeluk Islam.

Linda menjadi muslim di usianya yang ke-23 tahun. Sejak kecil ia dibesarkan dekat dengan gereja Lutheran. Dirinya juga mengentam sekolah dasar di sekolah Lutheran. Bahkan ia bercita-cita menjadi menteri yang kemudian dapat menyebarkan ajaran Lutheranisme.

Untuk mewujudkan cita-cintanya, Linda kuliah di Truman State University (Northeast Missouri State University). Gadis keturunan Yunani-Jerman ini begitu menggebu untuk mendakwahkan paham Luther.

“Ya, aku sampai pindah ke universitas negeri yang jaraknya 200 mil dari rumah. Di sana aku menghubungi pendeta gereja Lutheran dan mengatakan siap membantu apapun. Sebagai tugas pertama, aku diminta menyambut mahasiswa internasional baru. Nah, di sana aku bertemu Muslimin untuk kali pertama,” kisah Linda.

Yang Linda maksud adalah Abdul Mun’in, mahasiswa asal Thailand. Pertama kali Linda merasa heran dengan kebiasaan Abdul menyebut kata Allah. Semakin dekat, ia tahu kalau Abdul seorang Muslim. Kesan pertama, Linda merasa kasihan dan bermaksud ingin mendakwahkan Kristen kepadanya.

“Aku mengajaknya ke gereja dan ia mengiyakan namun sambil membawa salinan Al Quran. Aku malu, karena ternyata dualah yang memberitahuku apa itu Islam dan Al Quran,” tutur dia.

Namun saying, pertemuan Linda dengan Abdul tak berlangsung lama. Seiring dengan itu, niatnya menjadi Menteri Lutherian mulai pupus. Ia ditolak banyak gereja dengan alas an seorang perempuan.

Penolakan-penolakan tersebut membawanya belajar di Lutheran School of Theology di Chicago. Di sana ia memulai pelatihan pelayanan gereja, namun lagi-lagi mendapat kekecewaan dari seorang professor yang mengatakan bahwa Alkitab tak sempurna.

Linda pun putar haluan menjadi seorang sekretaris. Waktu luanya dipakai untuk mengingat Islam.

“Suatu hari aku pergi ke toko buku dan membeli terjemahan paperback dari Al Quran. Aku seorang sarjana filsafat dan agama dan tentu mahir mengekspos kesalahan dalam Al Quran. Jadi aku bisa memberi tahu teman Muslimku kalau mereka salah,” ucapnya.

Tetapi saat menemui surat al-An’am ayat 73, pemikirannya berubah drastis. Linda begitu terpesona dengan paham kun fayakun. Dari situlah ia terus mempelajari Islam.

“Saat sekolah MInggu aku mempelajari tentang bagaimana Allah menciptakan dunia. Tuhan berkata, ‘Jadilah terang, dan jadilah ia’. Dari situ aku bertanya, mengapa konsepnya sama. Apakah Allah dalam Islam adalah Tugan yang sama yang selama ini aku sembah,” tanya Linda.

Linda pun akhirnya mendapat jawaban. Tak berapa lama ia memutuskan bersyahadat. Saat itu tepat bulan Ramadan dan ia mengucapkannya di masjid kampus tempatnya menempuh gelar master.

Namanya kemudian diubah menjadi Jamilah. Ia pun menikahi Abdul Mun’im. Saat ini ia telah ber-Islam selama 26 tahun dan menjadi penulis. Beberapa karyanya yaitu Islamic Jihad: An Historical Perspective (1990), Innocent People (2003), Echoes (2006), Rebounding (2006), Turbulance (2007), Ripples (2008), dan Silence (2009).




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur