Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

"Mereka bisa sangat banyak bicara atau bahkan menjadi orang paling pertama yang memperkenalkan diri di kelas," kata Ziskind.

Namun di sisi lain, mereka juga punya potensi untuk cenderung agresif.

"Mereka mungkin terlalu agresif ketika anak lain yang benar-benar membutuhkan ruang sendiri," sambungnya.

Karena itulah, momen self-quarantine bisa dimanfaatkan oleh orangtua untuk mengasah kemampuan sosial sang anak ektrovert dengan lebih menekankan perilaku dan kebiasaan baik, seperti menekankan pentingnya mengucapkan permisi, terimakasih dan maaf.

Atau juga bisa memanfaatkan waktu dengan menjelaskan pada anak, baik secara lisan maupun dengan tayangan, sesuai tingkatan usia, soal perilaku yang baik dalam kehidupan sosial.

Kemampuan sosial sang anak juga bisa diasah dengan mengajaknya berbuat baik sesama makhluk hidup dengan cara mengadopsi hewan peliharaan atau merawat tumbuhan.

4. Apresiasi Kemampuannya

Menurut licensed clinical social worker Dr. Sal Raichbach, salah satu cara yang bisa membantu mengembangkan kemampuan anak ekstrovert adalah dengan merangkul sifat percaya diri mereka.

Karena itu, meski hanya beraktivitas di rumah untuk sementara waktu, penting bagi orangtua untuk menjaga kepercayaan diri sang anak, misalnya dengan cara memberikan pengakuan ketika sang anak melakukan sesuatu yang baik, seperti "Kamu hebat bisa memberi makan kucing tadi", atau "Terimakasih telah menjadi teman yang baik", atau "Terimakasih sudah membantu membereskan mainan".

5. Ajak Bertukar Pikiran

Orangtua dari anak ekstrovert harus siap melibatkan mereka dalam diskusi atau bertukar pikiran dengan anak kapan saja.

Karena itu, momen self-quarantine bisa juga dimanfaatkan untuk mengajak anak berdiskusi mengenai suatu hal, tentu dengan tingkatan usia sang buah hati.

Namun, penting ditekankan pada orangtua dengan anak ekstrovert untuk bersiap diri dan menghargai spontanitas anak mengenai suatu hal.

"Hormati dan hargai spontanitas mereka dan perlihatkan penghargaan atas pemikiran dan gagasan mereka," kata Raichbach.

"Dan ketika kamu berbicara dengan mereka, tidak ada salahnya untuk mengatakan apa yang Anda pikirkan dengan bahasa seusai usia anak," tambahnya.




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting