Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

KEBIJAKAN pemerintah untuk mendorong social distancing atau jarak sosial dan self-quarantine atau karantina mandiri di tengah pandemi virus corona yang saat ini terjadi membuat sejumlah perusahaan memberlakukan sistem work from home dan sekolah-sekolah memberlakukan home learning selama setidaknya dua pekan.

Hal itu dilakukan tidak lain adalah untuk mengerem penularan virus corona atau dikenal juga dengan nama resminya, Covid-19.

Upaya social distancing dan self-quarantine memicu munculnya gerakan yang marak di sosial media disebut sebagai #DiRumahAja, atau ajakan agar masyuarakat beramai-ramai mengkarantina diri di dalam rumah selama penularan virus corona belum terkendali.

Namun, kondisi tersebut menjadi tantangan tersediri bagi orangtua. Pasalnya, bagi sebagian orangtua, berada di dalam rumah sepanjang hari dan menghindari aktivitas bersosialisasi untuk waktu yang cukup lama bersama anak bukan hal yang mudah, terlebih jika sang buah hati memiliki kepribadian yang ekstrovert. Orangtua harus lebih memutar otak untuk membuat anak merasa nyaman dan tidak mudah bosan.

Seperti keluh kesah seorang ibu di Tangerang Selatan bernama Citra Judexinova ini. Dia melakukan self-quarantine seperti anjuran pemerintah, namun mengaku kesulitan dalam menghadapi buah hatinya.

"Anak saya memang sejak kecil lebih senang di luar, berkegiatan dan bersosialisasi dengan teman-teman ataupun keluarga. Sejujurnya lebih mudah menghandle dia di luar rumah ketimbang di dalam rumah, seperti kondisi sekarang ini," ujarnya kepada Farah.id.

"Tantangan yang kini saya hadapi bagaimana saya harus menyikapi keinginan-keingina si ekstrovert yang selalu bertanya 'kita hari ini mau kemana?' atau pernyataan 'I'm so bored, what am gonna do?'," tambahnya.

"Meskipun sudah mendapat tugas dari sekolah, saya sendiri juga sudah berusaha melengkapi fasilitas bermain dan belajar selama homebound, tetap saja si ekstrovert membutuhkan outgoing activities," sambung Citra yang juga merupakan seorang legal advisor.

Kondisi semacam itu mungkin juga tengah dialamai olah banyak orangtua lainnya yang saat ini tengah melakukan self-quarantine bersama anak yang ekstrovert.

Sebenarnya, menurut certified professional coach dan Myers-Briggs practitioner Christine Mann, anak yang memiliki kepribadian ekstrovert memang secara alami akan menunjukkan beberapa perilaku dan karakteristik untuk bersosialisasi yang tinggi.

"Anak-anak ini kemungkinan besar sangat sosial dan ramah dan senang berada di sekitar aktivitas dan anak-anak lain. Kekuatan mereka adalah komunikasi, bersosialisasi dalam kelompok dan bekerja dengan baik dengan orang lain di sekolah, karena mereka membawa banyak energi dan antusiasme ke situasi. Mereka paling kemungkinan sangat banyak bicara dan tidak menghindar untuk bertemu orang baru," kata Mann kepada SheKnows.

Karana itulah, orangtua perlu memahami betuk kepribadian sang anak untuk memaksimalkan potensi serta perkembangannya.

Untuk kondisi anak ekstrovert itu sendiri, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk membantu anak merasa nyaman di rumah selama masa self-quarantine di tengah pandemi virus corona saat ini.

1. Menyediakan Ruang Gerak

Pada dasarnya, anak yang ekstrovert membutuhkan sosialisasi. Jadi ketika energi sang anak tidak bisa disalurkan dengan bersosialisasi dengan teman sebayanya, Mann merekomendasikan untuk memberi ruang gerak bagi anak untuk menyalurkan energinya dengan memaksimalkan aktivias fisik yang dia sukai.

Hal itu lebih baik jika bisa dilakukan di luar ruangan, seperti di halaman rumah. Namun bisa juga dilakukan di dalam rumah, seperti bermain sepeda, bermain bola, atau bermain petak-umpet, sesuai kegemaran sang anak.

Atau bisa juga mengisi waktu sang anak dengan melakukan video call dengan teman sebayanya atau kerabat lainnya yang akrab dengannya.

2. Coba Kegiatan Terstruktur

Terapis anak berlisensi, Kimberly Tucker merekomendasikan orangtua untuk mengajak anak melakukan hal lain di luar zona nyamannya, seperti melakukan kegiatan terstruktur sebagai media bagi sang anak ekstrovert untuk menyalurkan energinya.

Kegiatan terstruktur yang dimaksud bisa merupakan hal-hal sederhana seperti mengajaknya menggambar, bermain lego atau membaca buku cerita yang dilakukan secara berkelanjutan.

"Dalam kegiatan yang terstruktur, anak ekstrovert mungkin mengalami kesulitan. Anak Anda mungkin adalah orang yang sulit untuk tetap diam dan mengikuti semua instruksi," ujarnya.

"Tetapi penting bagi mereka untuk menyadari bahwa aktivitas terstruktur juga merupakan bagian dari kehidupan," tambah Tucker.

3. Asah Kemampuan Sosial

Menurut terapis keluarga Katie Ziskind, anak-anak ekstrovert, di satu sisi bisa menjadi orang yang memberikan dampak positif kepada orang lain.




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting