Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SEBUAH hadits memperlihatkan betapa Rasulullah tidak mau ada umatnya yang merasa paling benar, menyalahkan saudara sesama muslim, bahkan tidak merasa berdosa menjadikan muslim menjadi musuh.

"Dari Abu Sa'id Al-Khudry bahwa Abu Bakar datang kepada Rasulullah SAW dan berkata; Aku melewati sebuah kampung yang di dalamnya ada seorang laki-laki yang (kelihatan) khusyu dan bagus (tertib) shalatnya.

Nabi SAW bersabda; datangilah dia dan bunuhlah! Kemudian Abu Bakar mendatanginya di saat orang itu dalam keadaan yang ia ceritakan (sedang shalat), maka Abu Bakar enggan membunuhnya dan kembali kepada Rasulullah SAW.

Kemudian Nabi SAW bersabda kepada Umar; datangi dan bunuhlah dia!, maka Umar pun mendatanginya dan menjumpainya dalam keadaan yang sama. Umar pun kemabli kepada Rasulullah dan berkata; Wahai Rasulullah, sungguh aku menjumpainya sedang shalat dalam keadaan khusyu dan aku enggan membunuhnya.

Kemudian Rasulullah bersabda kepada Ali; temui dan bunuhlah dia! Ali pun pergi untuk menemuinya, namun Ali tidak melihatnya lagi, maka Ali pun kembali dan berkata; Ya Rasulullah, dia sudah tidak kelihatan (sudah pergi entah kemana).

Rasulullah bersabda; sesungguhnya dia dan komplotannya selalu membaca Al-Qur'an tapi tidak sampai lewat kerongkongannya. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari busurnya dan tidak daoat kembali lagi kedalamnya (agama) sampai anak panah itu kembali pada tempatnya semula, bunuhlah mereka (karena) mereka adalah manusia yang paling jahat." (H.R. Ahmad)

Merujuk hadits di atas, Rasulullah begitu mengkhawatirkan benih ekstremisme yang menghinggapi seorang atau sekelompok muslim. Selain Imam Ahmad, hadits senada diriwayatkan pula oleh ahli-ahli hadits terkemuka lainnya dan bisa dipertanggungjawabkan, yakni Imam Bukhari dalam kitab Manaqib dan beberapa bab lainnya, Imam Muslim dalam kitab Zakat, Nasa'I dalam Tahrimu al-Dam, Abu Daud dalam al-Sunnah, Ibnu Majah dalam Muqaddimah dan Imam Malik dalam Nida al-Shalat.

Semua riwayat tersebut menunjuk pada seorang laki-laki yang kelihatan khusyu dan bagus dalam shalatnya tetapi ia juga meremehkan shalat dan puasa serta ibadah orang lain karena ia merasa paling shaleh dan paling bagus dalam beribadah.

Orang itu dan teman-temannya atau pengikutnya adalah orang-orang yang rajin baca Al-Qur'an tapi tidak benar-benar memahaminya dan tidak mampu menghayatinya. Dan mereka itu sangat mudah bertindak dengan sesuatu yang melanggar prinsip-prinsip ajaran agama (Islam).

Kemudian Nabi menegaskan, kalau beliau diberi kesempatan menemui mereka, maka beliau akan memerangi mereka semuanya.

Dalam riwayat Ahmad yang lain dan penjelasan (syarah) hadits (Fath al-Bari), laki-laki tersebut dikenal dengan julukan Dzu al-Khuwaishirah dengan nama asli Hurqus bin Juhair dari suku Bani Tamim.

Belakangan diketahui bahwa dia adalah salah satu tokoh kelompok Khawarij, suatu kelompok yang memusuhi Ali bin Abi Thalib dan sekaligus Muawiyah bin Abu Sufyan. Karakter khas kelompok ini adalah menghalalkan darah orang Islam lainnya yang dianggap menyimpang, merasa paling benar dalam memahami agama, gampang menyalahkan atau menganggap sesat orang lain, merasa paling shaleh dan tidak segan menganggap kafir kelompok Islam lainnya.

Padahal Islam mengharamkan menumpahkan darah sesama muslim bahkan nonmuslim yang tidak bersalah atau tidak menyulut perang terhadap kaum muslimin. Begitu juga Islam pada generasi pertama (Rasulullah dan para shahabatnya) sangat terbiasa dengan perbedaan pendapat bahkan diajarkan toleransi antar umat beragama, dan Al-Qur'an dengan tegas mengecam sikap merasa paling shaleh/suci dari pada manusia lainnya. Itulah prinsip-prinsip ajaran agama Islam yang diabaikan begitu saja oleh kelompok khawarij.

فلا تزكوا أنفسكم هو أعلم بمن اتقى.

"Janganlah kalian merasa paling suci, karena Dia (Allah) lah yang paling mengetahui orang yang (sesungguhnya) bertaqwa (kepada-Nya)".(Q.S. An-Najm:32)

Oleh karena itu dapat dipahami jika dalam riwayat Ahmad, Rasulullah memerintahkan untuk membunuh orang tersebut pada saat itu, namun ia lolos. Oleh sebab itu juga para ulama menggunakan riwayat-riwayat hadits serupa untuk mengecam Khawarij. Walaupun kelompok ini kemudian tersingkir, akan tetapi mereka selalu berhasil menelurkan kader-kadernya pada setiap generasi dengan berbagai macam nama dan istilah yang beragam.

Khawarij Modern

Dalam hal ini kita umat Islam harus jujur dan jangan menutup mata akan adanya segelintir orang Islam yang melakukan aksi kekerasan atas nama agama dan berkarakter seperti kelompok khawarij tersebut yang keliru dalam memahami Islam. Berdasarkan buku-buku yang mereka baca, slogan yang diteriakkan, dan ungkapan lain yang dicatut dari sumber-sumber Islam, merupakan indikasi yang jelas keliru dalam memahami Islam terutama jihad atau amar makruf nahi munkar (menebar kebaikan dan mencegah keburukan). Atau sebagai kaum khawarij awal, agama tidaklah terlalu penting tapi yang penting adalah kepentingan mereka sendiri.

Lihat saja, sasaran aksi kekerasan kelompok ini tidak pandang bulu, baik orang Islam atau nonIslam, orang pribumi atau orang asing. Bagi mereka tidak jadi masalah yang penting kepentingannya tercapai, dan setiap orang yang menghalangi mereka dan berbeda dengan mereka adalah musuh yang harus dihancurkan. Sikap-sikap seperti itu jelas merupakan perwujudan dari Khawarij masa lalu yang muncul pada zaman modern, bahkan lebih berbahaya.

Dalam wujud yang lebih sederhana, khawarij modern mewujud dalam kelompok Islam yang sering menghujat kelompok Islam lainnya yang berbeda pendapat dengan penafsiran yang keliru terhadap sumber pokok ajaran Islam (Al-Qur'an dan Sunnah).

Mereka tidak segan mengaku pengawal kemurnian Islam, paling berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah, bahkan tidak segan mengatasnamakan keluhuran dan kemuliaan para generasi salafus shalih (generasi awal terbaik umat Islam) serta merasa paling dekat dengan Allah.

Walaupun mereka tampak begitu rajin beribadah dan berpola hidup begitu sangat bersahaja, namun sikap mereka yang menutup diri dari komunitas Islam lainnya, bukan hanya berpotensi memecah belah umat, akan tetapi akan dengan mudah dimanfaatkan kelompok yang berambisi menghancurkan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya dengan memanfaatkan kesederhanaan cara berpikir mereka terhadap konsep-konsep Islam yang dipahami secara keliru.

Jihad atau amar makruf nahi munkar yang tidak beraturan, tidak beretika, tidak mempedulikan siapa yang menjadi korban, serta penghancuran tempat beribadah dan bom bunuh diri adalah tindakan bodoh yang menghina Islam dan menghancurkan kemanusiaan. Pelakunya pasti dikutuk Tuhan dan dibenci para Nabi. Akar masalah dari semua keburukan dan kekerasan itu adalah berhimpunnya semangat dengan kebodohan.

Jika yang berhimpun itu adalah semangat dan ilmu yang dilandasi keluhuran akhlaq dan ketekunan dalam beribadah yang disertai dengan pengetahuan Islam yang memadai, insya Allah akan menghasilkan generasi Islam rahmatan lil'alamin dan mencegah menjamurnya mentalitas Khawarij. wallahu 'alam.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur