KOMENTAR

DALAM derap langkah hijrahnya, tidak langsung saja Nabi Muhammad dan Abu Bakar bergerak menuju Madinah. Malahan beliau memulai perjalanan ke arah Yaman di selatan, bertolak belakang dengan letak Madinah di utara. Tujuannya mengelabui para algojo Quraisy yang gencar memburu nyawanya.

Dan dengan cerdiknya pula Nabi Muhammad lebih dulu bersembunyi di gua Tsur, di saat algojo-algojo Quraisy menyebar ke semua penjuru mencari beliau. Sayembara hadiah 100 ekor unta untuk siapa saja yang berhasil menghabisi Nabi Muhammad ditanggapi beliau dengan taktik brilian.

Muhammad Amahzun dalam bukunya Manhaj Dakwah Rasulullah (2006: 176) menjelaskan:

Dalam perjalanan tersebut, keduanya bersembunyi di gunung Tsur, yang terletak sebelah selatan Mekkah, untuk mengecoh kaum musyrikin yang mengejar dan mencari-cari keduanya. Rasulullah saw. memilih bersembunyi di Gua Tsur dan berada di jalur selatan itu, adalah karena fokus pengejaran kaum kafir saat itu ke arah utara yang mengarah ke Madinah. Keduanya, bersembunyi selama tiga malam di gua Tsur, di mana pencarian dan pengejaran sudah tidak gencar lagi.

Memang suatu pilihan tepat menyelamatkan diri di gua Tsur, tetapi di sana beliau pun berhadapan dengan marabahaya. Namun, setiap pilihan ada risiko yang mesti diterima.

Abdurrahman bin Abdul Karim dalam buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad saw. (2016: 466) mengungkapkan:

Gua Tsur adalah gua yang di dalamnya terdapat banyak binatang liar dan buas, yang sering kali ditempati oleh ular-ular berbisa. Hal ini telah umum diketahui oleh orang banyak pada masa itu, sehingga tidak seorang pun berani masuk ke dalamnya.

Gua Tsur terletak di puncak Jabal Tsur, letaknya sekitar tujuh kilometer dari Masjidil Haram arah ke Thaif, sebelum Arafah dari arah Kudai. Gunung Tsur terdiri atas tiga puncak yang bersambungan dan berdekatan. Gua Tsur terletak pada puncak bagian yang ketiga.

Gua yang terdapat di atas Gunung Tsur memiliki dua pintu, yang satu terdapat di bagian depan dan yang kedua di bagian belakang. Bila dilihat, bentuk gua ini tidak ubahnya seperti wajan/kuali yang ditelungkupkan.

Abu Bakar menunjukkan bakti cinta dengan menjadikan pahanya sandaran Rasulullah saat tertidur. Kemudian cinta itu menghadirkan episode yang lebih menakjubkan, saat binatang berbisa menyengat kakinya, sementara Abu Bakar tetap diam menahan sakit. Sahabat sejati itu tidak mau rasa sakitnya mengganggu istirahat Rasulullah.

Moenawar Khalil dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Volume 1 (2001: 438-439) menceritakan:

Setelah Nabi saw. tertidur dengan pulasnya, sedangkan bekas gigitan ular makin terasa sakitnya oleh Abu Bakar, ia sampai mencucurkan air mata sehingga beberapa tetes air mata itu menetes ke atas muka Nabi.

Dengan terkejut, beliau bangun dan berkata, “Mengapa engkau menangis, hai Abu Bakar?”

Ia menjawab, “Karena gigitan ular, ya Rasulullah.”

Beliau bertanya, “Oh, mengapa engkau tidak mengatakannya kepadaku?”

Abu Bakar menjawab, “Saya takut membangunkan engkau.”

Setelah terbit fajar, Nabi memeriksa bengkaknya Abu Bakar lalu mengusapnya dengan tangan beliau. Seketika itu juga lenyaplah bengkak itu serta sakitnya.

Perlindungan Allah Swt. hadir dalam mukjizat yang tak terduga-duga pula. Setelah Nabi Muhammad dan Abu Bakar masuk ke dalam gua Tsur, seketika itu pula laba-laba membuat sarang dengan memasang jaring-jaringnya di mulut gua. Burung-burung ikut membuat sarang di sana bahkan bertelur. Semua terjadi atas izin Allah Swt. semata.

 Para algojo Quraisy yang menyisir ke segala tempat akhirnya sampai di gua Tsur sambil menghunus senjata-senjata tajam mereka. Para pencari jejak kebingungan melihat jejak langkah menghilang di sekitar gua Tsur, tetapi Rasulullah tidak ditemukan di tempat itu.

Sedianya ada yang berniat memasuki gua, menyusuri bagian dalamnya mencari Nabi Muhammad. Akan tetapi sebagian lain menolak, sebab mulut gua tertutupi oleh jaring laba-laba dan burung-burung pun bersarang di depannya. Dalam logika mereka mustahil Rasulullah bersembunyi dalam gua itu.

Moenawar Khalil (2001: 438-439) menerangkan:

Umayyah bin Khallaf menyahut, “Mengapa kamu hendak masuk ke dalamnya? Kalau Muhammad telah masuk ke dalamnya, tentulah sarang laba-laba itu telah hancur luluh bukan? Ya, kalau di dalam gua itu tidak ada binatang-binatang liar dan buas atau ular yang berbisa, dan kalau ada, tentu mencelakakan kamu, bukan?”

Adapun Nabi dan Abi Bakar yang berada dalam gua tersebut mendengar dengan jelas semua percakapan mereka dan melihat juga akan rupa orang-orang yang ada di luar, sebagian di atas gua dan sebagian di muka pintu gua.

Adapun Abu Bakar ketika mengangkat kepalanya ke atas, melihat orang-orang yang sedang di atas gua, maka ia lalu berkata kepada Nabi, “Oh, jika mereka melihat kakinya ke bawah atau menundukkan kepalanya ke bawah, tentu dengan segera melihat kita ada di sini, bukan?”




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Sirah Nabawiyah