Pembukaan BAKTI INDONESIA hari kedua di Bali (23/8). (Ist)
Pembukaan BAKTI INDONESIA hari kedua di Bali (23/8). (Ist)
KOMENTAR

YAYASAN Bakti Keberagaman Indonesia (YBKI) menyelenggarakan kembali  BAKTI INDONESIA untuk menumbuhkan rasa kebersamaan antarumat beragama. Bakti Indonesia tahun ini dilaksanakan dalam rangka merayakan kemerdekaan dengan cara unik dan penuh makna. Ini menjadi pernyataan bahwa keberagaman adalah kekuatan bangsa yang harus terus dirawat.

Setelah Masjid Istiqlal (2023) dan Gereja Kathedral Jakarta (2024), tahun ini perayaan berlangsung di Pura Agung Besakih, Bali pada 22–24 Agustus 2025. Acara ini mendapat apresiasi luas mulai dari Wakil Presiden RI hingga berbagai tokoh nasional.

Selama tiga hari, Pura Agung Besakih menjadi ruang kebersamaan masyarakat dari berbagai latar belakang. Selain kegiatan sosial seperti donor darah, bazaar UMKM, dan pemeriksaan kesehatan, acara ini juga menghadirkan sesi Health Talk yang sarat edukasi.

Memasuki hari kedua pada 23 Agustus 2025, rangkaian kegiatan dibuka dengan sambutan oleh Ketua Pelaksana Bakti Indonesia 2025, Iman Usmansjah. Ia menekankan bahwa Bakti Indonesia bukan sekadar acara seremonial, melainkan gerakan untuk menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat melalui edukasi kesehatan, aksi sosial, dan pesan kebhinnekaan.

Sehat Mata di Era Digital

Sesi pertama Health Talk menghadirkan dr. Ayu Setia dari RS Mata Bali Mandara dengan tema ”Kesehatan Mata dan Gaya Hidup Sehari-hari”. Ia menyoroti bagaimana perkembangan teknologi membuat masyarakat semakin lekat dengan layar gawai, komputer, dan televisi. Kondisi ini kerap menimbulkan masalah seperti mata kering, pusing, dan cepat lelah.

Menurutnya, rendahnya asupan vitamin A, C, dan E juga mempercepat penurunan kesehatan mata, sementara gaya hidup yang tidak teratur—kurang tidur hingga pola makan tidak seimbang—semakin memperburuk kondisi.

Untuk menjaga mata tetap sehat, dr. Ayu memberikan tips sederhana berikut ini:

  • Terapkan aturan 20-20-20 (setiap 20 menit menatap layar, alihkan pandangan ke obyek sejauh 20 kaki selama 20 detik).
  • Konsumsi makanan bergizi seimbang.
  • Pastikan pencahayaan ruangan cukup.
  • Hindari mengucek mata.
  • Periksa kesehatan mata secara rutin, terutama bagi penderita diabetes dan hipertensi.

Peran Keluarga dalam Kesehatan Mental

Sesi kedua Health Talk membahas tentang ”Peran Keluarga dalam Kesehatan Mental Masyarakat” yang dipandu oleh psikolog dari Universitas Padjadjaran dan Universitas Jayabaya.

Menurut Dra. Sita Rostiawati, M.Si, gangguan kesehatan mental dapat ditandai dengan rasa cemas berlebihan, gangguan tidur, menurunnya nafsu makan, keengganan bersosialisasi, stres berkepanjangan, hingga munculnya pikiran untuk melukai diri sendiri.

Ia menambahkan, seseorang dengan mental sehat mampu menyesuaikan diri dengan kondisi internal maupun eksternal, berpikir logis, menjaga interaksi positif, serta memiliki emosi yang stabil. Mental sehat juga ditandai dengan sikap ikhlas, bersyukur, dan mampu menikmati kegiatan sehari-hari.

Sementara itu, Dra. Lenny Kendhawati, M.Si menegaskan bahwa keluarga adalah fondasi utama kesehatan mental. “Pembinaan keluarga sehat secara mental dimulai sejak pasangan menikah, lalu berkembang seiring hadirnya anak-anak, remaja, hingga lansia. Setiap fase membutuhkan perhatian dan adaptasi,” jelasnya.

Senyum Sehat, Produktivitas Meningkat

Health Talk hari kedua ditutup dengan sesi bertema ”Merawat Senyum Meningkatkan Produktivitas Kerja” oleh drg. Novia Wiyono, Sp. Perio dan drg. Irfan dari CS Dental.

Menurut drg. Novia, senyum bukan hanya ekspresi kebahagiaan, tetapi juga cerminan kesehatan yang memengaruhi kepercayaan diri dan produktivitas. Oleh karena itu, kesehatan gigi perlu dirawat sejak dini.




LSPR AI Festival 2025: Kolaborasi Lintas Sektor untuk Masa Depan AI yang Kreatif dan Bertanggung Jawab

Sebelumnya

IBTE 2025: Pameran Bergengsi Industri Produk Bayi dan Mainan di Asia Tenggara

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel C&E