Ilustrasi replika rumah Nabi Muhammad saw. (Net)
Ilustrasi replika rumah Nabi Muhammad saw. (Net)
KOMENTAR

MAULID Nabi Muhammad saw. setiap tahun bukan sekadar peringatan lahirnya Sang Rasul, melainkan momentum untuk meneladani nilai-nilai kehidupan beliau yang penuh hikmah.

Salah satu sisi yang sering terlupakan adalah kesederhanaan rumah beliau. Rumah Nabi tidaklah luas, tidak dipenuhi perabot mahal, dan tidak menyimpan kemewahan dunia. Namun, justru dari rumah kecil itulah terpancar cahaya peradaban yang membimbing umat manusia hingga hari ini.

Di dalam rumah sederhana itu, terdapat sosok manusia paling mulia, penghulu para nabi, teladan bagi seluruh alam. Beliau bersama keluarga menjalani kehidupan tanpa berlebihan, namun hati mereka dipenuhi kekayaan iman. Rumah Nabi adalah baiti jannati sejati—bukan karena harta, melainkan karena dihuni oleh akhlak yang luhur dan jiwa yang agung.

Kesederhanaan ini seharusnya menjadi cermin bagi umat Islam hari ini. Apalagi bagi mereka yang diberi amanah sebagai pemimpin, pejabat, atau anggota dewan. Mari kita bertanya: apakah rumah mewah miliaran rupiah dengan perabot merek internasional dan barang-barang berharga fantastis akan membuat seseorang lebih mulia di mata Allah dibanding rakyat kecil yang hidup dengan penuh kesabaran?

Rasulullah saw. telah menegaskan bahwa kemuliaan bukan diukur dari harta, melainkan dari takwa, akhlak, dan perjuangan membela kebenaran. Maka tinggikanlah akhlak, bukan sekadar menambah tinggi gaji dan tunjangan. Tunjukkan kegigihan dalam membela rakyat, bukan kegigihan memperkaya diri.

Maulid Nabi mengingatkan kita bahwa kemewahan dunia hanyalah fatamorgana. Sementara kesederhanaan yang dipadukan dengan akhlak mulia akan melahirkan keberkahan yang jauh lebih abadi. Sudah saatnya umat Islam, terutama mereka yang menduduki kursi kekuasaan, meneladani Rasulullah dalam cara hidup yang tidak berlebihan, tetapi penuh keberpihakan kepada masyarakat.

Islam memang tidak menyuruh umatnya untuk hidup miskin. Setiap hamba Allah diberikan kesempatan untuk berikhtiar untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia. Hidup layak, berkecukupan, atau lebih dari cukup merupakan hak setiap orang. Tapi karena manusia adalah makhluk sosial, maka tak elok jika si kaya memperlihatkan kekayaannya. Terlebih jika banyak orang di sekitar yang tidak seberuntung dirinya.

Jika mau jujur, apa yang ingin dicari? Pujiankah? Rasa hormatkah? Kekaguman orang lain? Atau rasa iri orang lain? Rasanya sulit menemukan alasan terpuji di balik seseorang yang suka memamerkan harta benda dan kehidupan mewahnya.

Maka Maulid Nabi Muhammad saw. tahun ini hendaknya menjadi pengingat bahwa Rasulullah saw. adalah sosok yang dikagumi dan dihormati sekaligus dicintai oleh umatnya karena kesederhanaan kehidupannya dan kemuliaan akhlaknya.

Sadarlah! Tanpa akhlak mulia, jam tangan seharga 11 miliar, puluhan mobil mewah dan motor gede yang ada di garasi, atau rumah seharga 150 miliar sekali pun, tak kan bisa membuatmu bertambah mulia di mata manusia apalagi di mata Allah Swt.




Jatuh Boleh, Menyerah Jangan

Sebelumnya

Hidup Tak Selalu Mudah, Tapi Kita Bisa Tetap Melangkah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur