Ilustrasi rombongan pedagang yang melintas di padang pasir/Freepik
Ilustrasi rombongan pedagang yang melintas di padang pasir/Freepik
KOMENTAR

KONDISI Madinah sangat kondusif sehingga berbulan-bulan lamanya kehidupan masyarakatnya berlangsung damai. Selama tujuh hingga delapan bulan Rasulullah saw. punya kesempatan menata kehidupan yang adil sejahtera, karena tidak ada gangguan dari musuh-musuh yang kian gentar dengan keperkasaan kaum muslimin di medan tempur.

Namun, aroma permusuhan itu bertiup dari arah utara Madinah, ternyata situasi huru-hara sering menimpa pedagang yang melintas.

Daerah Daumatul Jandal dikuasai oleh suku-suku perampok yang menyerang siapa saja yang melaluinya, dan korban juga menimpa pihak kaum muslimin. Nabi Muhammad lekas menditeksi potensi bahaya itu, dan semakin waspada tatkala mendengar kabar kawanan perampok berencana mengganggu keamanan Madinah.

Meski pun Daumatul Jandal terletak jauh di perbatasan Syam, tetapi beliau lebih mengedepankan aksi preventif demi stabilitas keamanan. Sehingga Nabi Muhammad mengumpulkan 1.000 pasukan muslimin untuk langsung menyerbu markas perampok.

Abul Hasan al-Ali Hasani an-Nadwi dalam buku Sirah Nabawiyah (2020: 387) menguraikan:

Sedangkan mengenai operasi militer ke Daumatul Jandal, bermula dari berita yang sampai ke Madinah tentang aksi perampokan di wilayah perbatasan negeri Syam tersebut yang semakin meningkat. Bahkan, terdengar kabar bahwa para perampok hendak mengerahkan kekuatan besar untuk menyerang Madinah. Maka, Rasulullah saw. berangkat dengan 1.000 pasukan ke sana.

Dengan mengerahkan pasukan berjumlah besar, Nabi Muhammad menunjukkan  tidak pernah tanggung-tanggung dalam menumpas perampok. Perang tidak boleh merusak tatanan Madinah, sehingga diputuskan musuh didatangi langsung ke kandangnya.

 

Syekh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam buku Ar-Rahiq al-Makhtum-Sirah Nabawiyah (2015: 346) menerangkan:

Kini beliau mengarahkan konsentrasi ke daerah-daerah perbatasan agar kaum muslimin bisa mengendalikan situasi dan orang-orang yang suka membangkang mau mengakui wilayah Islam.

Setelah Badar Shughra, Rasulullah berdiam di Madinah selama enam bulan. Kemudian datanglah kabar bahwa kabilah-kabilah di sekitar Daumatul Jandal, tidak jauh dari Syam, suka mencegat dan merampok siapa pun yang lewat di situ. Bahkan mereka juga telah menggalang kekuatan cukup besar untuk menyerang Madinah.

Rasulullah menunjuk Siba’ bin Urfuthah al-Ghifari sebagai wakil beliau di Madinah. Setelah itu, beliau keluar bersama pasukan berkekuatan seribu personel pada sepekan terakhir dari bulan Rabi'ul Awwal 5 H. Sebagai penunjuk jalan, beliau memilih seorang lelaki Bani Udzrah bernama Madzkur.

Sekitar lima belas hari perjalanan jauh yang ditempuh pasukan muslimin. Nabi Muhammad merancang strategi yang ciamik, kaum muslimin bergarak di malam hari dan beristirahat di siang hari. Cara ini menjaga mereka dari kehausan dan kelelahan yang menguras energi.

Setibanya di Daumatul Jandal tidak ditemukan perampok yang akan diperangi. Desa-desa mereka sepi sunyi. Ternyata mereka terlebih dulu kabur melarikan diri. Perampok yang ganas malah ketakutan berhadapan dengan pasukan Rasulullah. Saking takutnya, mereka lari meninggalkan harta bendanya

Abul Hasan al-Ali Hasani an-Nadwi (2020: 387) menerangkan:

Ketika pasukan muslimin menyerbu Daumatul Jandal, mereka tidak menjumpai seorang pun karena semua penduduknya telah lari lebih dahulu. Pasukan muslimin tinggal di daerah tersebut selama beberapa hari, dan selama itu Rasulullah saw. menyebarkan regu pasukannya ke lingkungan sekitar. Akan tetapi, tidak seorang pun yang ditemukan. Pasukan muslimin kembali ke Madinah. Operasi ini terjadi pada bulan Rabi'ul Awal tahun ke-5 Hijriah.

Nabi Muhammad tidak menurunkan kewaspadaan, beliau membentuk beberapa regu pasukan untuk melakukan pengejaran. Beliau juga bermukim di Daumatul Jandal selama beberapa hari. Dan memang kawanan perampok tidak ditemukan atau sudah jauh pergi melarikan diri. Lagi-lagi umat Islam memenangkan peperangan meski tanpa berperang.

Rasulullah menyadari betapa strategisnya posisi Daumatul Jandal sehingga perlu menjaga keamanan benar-benar terjamin di sana. Beliau menugaskan Uyainah bin Hishn dan pasukannya bersiaga di sana, supaya kawanan perampok tidak kembali menguasai dan menebar teror.

Di Daumatul Jandal, Rasulullah hanya berjarak 5 mil (20 km) dari Damaskus, ibukota Syam. Ini menggambarkan Nabi Muhammad berhasil mengontrol dan menancapkan pengaruh yang kuat di wilayah yang sangat luas sampai menjangkau Jazirah Utara Arab.




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Sirah Nabawiyah