Salah satu kondisi demonstrasi di Jakarta (28/8). (TangselXpress)
Salah satu kondisi demonstrasi di Jakarta (28/8). (TangselXpress)
KOMENTAR

BEBERAPA hari terakhir, pemberitaan tentang demonstrasi di berbagai daerah sempat mendominasi media. Bagi orang dewasa, peristiwa ini bisa dipahami sebagai bagian dari dinamika sosial dan politik. Namun, bagi anak-anak—terutama di bawah usia 12 tahun—suasana keramaian, sorotan berita tentang kericuhan, atau cerita yang beredar di media sosial dapat menimbulkan kebingungan bahkan rasa takut. Di sinilah peran orang tua menjadi kunci untuk memberikan pemahaman yang tepat.

Psikolog anak dan parenting coach seperti Ayank Irma dalam berbagai kontennya menekankan pentingnya validasi emosi. Orang tua sebaiknya tidak langsung menolak atau menutup pembicaraan saat anak bertanya tentang demonstrasi. Sebaliknya, dengarkan dulu dengan empati. Ucapan sederhana seperti, “Kamu boleh kok merasa bingung atau takut,” dapat membuat anak merasa aman.

Setelah itu, orang tua bisa memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana. Misalnya, bahwa demonstrasi adalah cara sekelompok orang menyampaikan pendapatnya kepada pemerintah, sama seperti ketika anak ingin didengar gurunya di sekolah. Namun, jelaskan juga bahwa ada aturan dalam menyampaikan pendapat agar tidak mengganggu orang lain atau merugikan banyak pihak.

Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK) juga pernah mengingatkan bahwa anak-anak sebaiknya tidak terpapar informasi berlebihan yang bisa menimbulkan kecemasan. Orang tua perlu menyaring berita yang ditonton atau dibaca anak, sekaligus mengubahnya menjadi momen edukasi tentang keberanian berbicara dengan cara yang santun dan bertanggung jawab.

Selain itu, gunakan contoh yang dekat dengan keseharian anak. Misalnya, saat ada aturan baru di sekolah yang kurang disukai murid, biasanya mereka bisa menyampaikan pendapat lewat ketua kelas atau forum diskusi, bukan dengan cara merusak. Hal ini membuat anak lebih mudah memahami makna dari demonstrasi dalam kehidupan nyata.

Pada akhirnya, membicarakan demonstrasi bersama anak bukan hanya tentang menjelaskan sebuah peristiwa, tetapi juga melatih empati, toleransi, dan kesadaran sosial sejak dini. Dengan cara ini, anak tumbuh menjadi pribadi yang kritis, peduli, namun tetap menjunjung sikap damai.




Ajak Anak Bergerak! Cara Seru Membiasakan Si Kecil Aktif di Luar Rumah

Sebelumnya

Kompromi, Salah Satu Kunci Parenting Modern untuk Orang Tua Dinamis

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting