Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

OBAT pengganti cairan dan elektrolit tubuh yang hilang akibat dehidrasi jenama Oralit belakangan menghobehkan Warganet.  Di media sosial beredar bahwa minuman itu bisa menahan haus saat menjalankan ibadah puasa. 

Akibat dari informasi yang viral itu, terjadi kepanikan pasar. Ramai-ramai warga membeli Oralit untuk diminum saat sahur.

Terkait kehebohan itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi buka suara.

Menurutnya, minum oralit tidak dibutuhkan jika orang tersebut dalam kondisi sehat dan tidak mengalami dehidrasi.

"Obat diberikan pada orang yang sakit, bukan pada orang yang sehat," kata dia, Sabtu (25/3/2023).

Diakatakan Nadia, justru sejumlah kajian membuktikan bahwa berpuasa memberikan manfaat bagi tubuh.

Oralit, kata Nadia, adalah cairan yang diberikan ketika seseorang mengalami gangguan kekurangan cairan atau elektrolit. Biasanya obat itu diberikan kepada seseorang yang mengalami diare dan muntah.

"Oralit termasuk kategori obat yang disebut larutan regidrasi oral. Dalam cairan (oralit) ini dengan kandungan natrium klorida, kalium klorida, trisodium sitrat dihidrat, glukosa anhidrat," lanjutnya.

Nadia pun kemudian mengatakan bahwa meminum Oralit di saat waktu yang tak tepat akan mendatangkan efek samping yang buruk.

"Efek samping bisa perut kembung karena terganggu gerakan usus," katanya. Apalagi, jika konsumsi obat oralit dilakukan melebihi dosis yang dianjurkan.

Dia juga mengatakan bahwa kelebihan natrium akan menganggu fungsi organ atau sistem lainnya. Oleh sebab itu, Nadia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi oralit jika tidak ditujukan untuk pengobatan.




Kementerian PPPA Ungkap Kondisi Mengkhawatirkan: 13.845 Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak dalam 6 Bulan Terakhir, Mayoritas Adalah Kekerasan Seksual

Sebelumnya

Isu Kenaikan Tarif Listrik Nasional Per Juli 2025, Fakta atau Hoaks?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News