Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PANDEMI belum berakhir. Meski kabar menggembirakan sudah di depan mata, yaitu pembuatan vaksin sudah mencapai tahap uji coba, tetap membutuhkan berbulan-bulan untuk bisa layak digunakan. Sementara itu, angka kasus Covid-19 di seluruh dunia terus bertambah seiring pelonggaran lockdown.

Pada akhirnya, banyak orang berpikir bahwa hidup harus tetap berjalan. Kita toh, tak bisa memprediksi kapan pandemi berakhir. Urusan perut dinomorsatukan. Karena itu kita siap berjibaku dengan Covid-19, keluar rumah demi mencari nafkah menghidupi keluarga.

Sayangnya, banyak orang yang akhirnya berpikir “masa bodoh” atau “peduli amat dengan corona” atau “kalau kena ya kena saja” hingga mengabaikan protokol kesehatan new normal. Padahal, dulu, di awal pandemi, semua orang teramat takut untuk melangkah keluar pagar rumah.

Benarkah pandemi mengubah kepribadian kita?

OCEAN, Cerminan Diri Kita

Marilah kita melihat 5 tipe kepribadian (Big Five Personality Traits Model) ala Lewis Goldberg yang sering disebut dengan OCEAN.

#1 Openness to experience. Keterbukaan yang dimaksud berkaitan erat dengan intelegensia dan pengalaman. Seseorang yang memiliki tingkat keterbukaan yang tinggi dikenal sebagai sosok kreatif, imajinatif, bebas, mudah penasaran, dan cerdas.

Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya ia mudah bergaul dengan orang baru, menyukai seni, suka belajar, dan memiliki hobi atau karir di bidang kreatif. Sementara seseorang dengan tingkat keterbukaan yang rendah menyukai pekerjaan yang bersifat rutin dan konvensional, tidak menyukai tantangan, dan enggan berpikir out of the box.

#2 Conscientiousness. Kesadaran yang dimaksud adalah kekuatan untuk mengendalikan keinginan atau dorongan impulsif agar tidak mengganggu fokus meraih cita-cita dan tujuan hidup.

Orang dengan tingkat kesadaran tinggi dikenal sebagai tipe bertanggung jawab, disiplin, ambisius, gigih, teliti, taat aturan, dan tepat waktu. Sebaliknya, mereka yang impulsif dan cenderung tidak sabar adalah contoh orang dengan kesadaran yang rendah.

#3 Extroversion. Orang yang ekstrovert mendapatkan energi dari interaksinya dengan orang lain. Sebaliknya, orang introvert merasa lelah jika harus berinteraksi dengan orang lain. Para introvert lebih menyukai kontemplasi dan perenungan sementara orang dengan tingkat extroversion tinggi lebih cenderung bertindak daripada berpikir dan menyukai keramaian pesta.

#4 Agreeableness. Diartikan sebagai pribadi yang mudah bersepakat atau mudah akur, merujuk pada orang yang tidak menyukai kontroversi dan ogah bersikap frontal menyikapi perbedaan.

Dalam keseharian, orang dengan tingkat agreeableness tinggi suka membantu orang lain, rendah hati, sopan, bersikap hangat, baik hati, ceria, penyabar, loyal, dan tidak ingin menentang orang lain. Sebaliknya, sikap dingin, egois, antagonis, sarkatis, dan tidak takut bertentangan dengan individu lain adalah ciri orang yang rendah agreeableness-nya.

#5 Neuroticism. Neurotisme adalah kepribadian yang berkaitan dengan kemampuan seseorang mengendalikan emosinya. Orang dengan tingkat neurotisme rendah berarti memiliki stabilitas emosi. Mereka teguh pendirian, percaya diri, tenang saat menghadapi masalah, berani, dan berjiwa petualang.

Sebaliknya, ketika seseorang mudah stres, merasa terancam, mudah gugup, mudah berubah pikiran, tidak percaya diri, selalu takut, juga terlalu sensitif, berarti ia memiliki tingkat neurotisme tinggi.

Gejolak OCEAN Saat Pandemi

Bagi kita yang memiliki mayoritas OCEAN positif, keharusan #dirumahaja selama pandemi umumnya mampu meningkatkan kesadaran diri. Waktu yang teramat banyak di rumah menjadi sarana introspeksi diri sekaligus merecharge diri.

PSBB memungkinkan kita meneliti apa yang harus diubah untuk bisa meraih tujuan hidup yang sudah kita tetapkan. Dengan demikian, pandemi bukan mengubah kepribadian menjadi kebalikan (negatif), tetapi justru memperkuat diri kita.

Sama halnya bagi pasangan suami istri. Jika kita memiliki pasangan yang suportif, pandemi menjadi jalan merajut keintiman yang lebih mendalam.

Lebih banyak heart to heart juga mengenali kembali karakter dan perilaku pasangan 24 jam setiap hari. Komunikasi menjadi lebih intensif. Tak hanya memperkuat ikatan batin dua insan, pandemi juga memberi ruang bagi masing-masing pribadi bertumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih berkualitas.

Sebaliknya, jika kita adalah tipe orang dengan skor OCEAN cenderung negatif (O-C-E-A rendah dan N tinggi), pandemi bisa mengubah diri kita menjadi lebih buruk.

Contohnya, terisolasi dari dunia luar menguntungkan bagi kita, para introvert. Kita bahagia menjalani lockdown karena tidak perlu berinteraksi (secara langsung) dengan orang lain. Tapi semakin lama pandemi, akan semakin sulit bagi kita untuk beradaptasi dengan suasana selepas pandemi—ketika social distancing tak lagi diperlukan.

Bagi kita yang mempunyai tingkat neuroticism tinggi, pandemi sudah pasti menambah perasaan takut, ketidaknyamanan, dan stres. Terlebih lagi jika new normal tak kalah berbahayanya dari masa PSBB, stres dan depresi bisa semakin mengakar.

Namun demikian, bukan berarti orang dengan OCEAN kuat tidak bisa terpengaruh pandemi. Dr. Christian Jarrett menulis bahwa pandemi bukan semata tentang Covid-19 melainkan juga dampak yang dibawanya. Beragam dampak itulah yang sejatinya bisa mengubah kepribadian seseorang.




Fokus pada Segmen Ritel, Bank Mega Syariah Perluas Jangkauan Nasabah untuk Halal Lifestyle

Sebelumnya

Direksi Minimarket di Malaysia Didakwa Menghina Agama karena Menjual Kaus Kaki Bertuliskan “Allah”

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News