Salah satu keistimewaan kita sebagai umat Nabi Muhammad adalah syafaat yang akan diperoleh di akhirat/ Net
Salah satu keistimewaan kita sebagai umat Nabi Muhammad adalah syafaat yang akan diperoleh di akhirat/ Net
KOMENTAR

DAN kitalah umat yang beruntung itu, karena di penghujung hayatnya Nabi Muhammad masih memikirkan umatnya dan berkata, “Ummati, ummati.”

Belasan abad kita berjarak dari kehidupannya, bahkan tiada pernah melihat seperti apa rautnya, tetapi karunia syafaat ini masih berlaku bagi kita. Asalkan Nabi Muhammad mengakui kita memanglah bagian dari umatnya.

Syafaat ini adalah pertolongan Nabi di akhirat, suatu masa yang tiada lagi yang dapat menolong manusia di mahkamah Ilahi. Kita semua tiada berdaya, dan syafaat Rasulullah itulah penyelamat dari terhinanya diri terjerumus di siksa neraka.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Setiap nabi memiliki satu doa pamungkas yang pasti dikabulkan. Semua nabi menggunakan jatah doa itu di dunia ini, sementara aku menunda penggunaan jatah doa itu sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat. Insyallah, syafaat itu akan diperoleh semua umatku yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun." (HR. Muslim)

Salah satu keistimewaan kita sebagai umat Nabi Muhammad adalah syafaat yang akan diperoleh di akhirat. Berkat adanya syafaat, surga pun tampak amat dekat. Memang tidak main-main cinta Rasulullah kepada kita umatnya.

Kalau begitu enak dong, cukup dengan mengaku sebagai umat Nabi Muhammad, dan mengandalkan syafaatnya, maka seketika itu pula kita pun masuk surga. Benarkah segampang itu kejadiannya?

Buya Hamka mengingatkan pada bukunya Pelajaran Agama Islam Jilid 3, bahwa tetapi menyesatkan pula bagi sebagian orang yaitu semacam parasit (benalu) dalam masyarakat. Yang hanya mengharapkan syafaat, tapi amalannya berkurang-kurang. Maksiatnya bertambah banyak.

Dan jika ditanya bagaimana jadi begini, dia menjawab berkat syafaat Rasulullah, sebab dia masih percaya kepada Nabi Muhammad, akan dibebaskan Tuhanlah dia dari azab siksa di akhirat.

Apakah mereka menyangka bahwa hadis-hadis syafaat itu membatalkan jalan hukum yang telah tertulis? Dan berkata syafaat Rasulullah, maka api neraka jahanam yang amat panas itu akan menjadi dingin dan tawar untuk orang yang durhaka?

Tentulah tidak segampang demikian. Untuk mendapatkan syafaat Nabi Muhammad, tentulah ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Dari itu pentinglah bagi kita memahami hakikat syafaat tersebut.

Mahir Ahmad Asy-Shufiy mengungkapkan pada Ensiklopedia Akhirat, bahwa di antara perkara penting yang dibutuhkan pada hari kiamat adalah syafaat. Allah menjadikan syafaat itu sebagai rahmat bagi orang-orang beriman, bukan untuk seluruh alam. Jadi, tidak ada syafaat bagi orang kafir, musyrik, serta orang yang gemar berbuat maksiat dan tetap dalam kemaksiatannya, kecuali setelah Allah mengizinkannya.

Karena agungnya perkara syafaat ini, Allah menyebutkannya di dalam banyak ayat. Allah mengetahui bahwa manusia yang berada dalam kesulitan di hari kiamat, amat membutuhkan syafaat.

Syafaat termasuk hal yang paling dibutuhkan seseorang di hari kiamat. Namun, Allah hanya memberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Syafaat hanya diberikan kepada orang-orang yang diredai-Nya.

Sebagaimana diterangkan dalam surat Saba ayat 23, yang artinya, “Dan syafaat (pertolongan) di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya (memperoleh syafaat itu).”

Pada Ensiklopedia Akhirat juga diterangkan, tak disangsikan lagi bahwa pemberi syafaat terbesar atas izin Allah adalah junjungan seluruh manusia, Muhammad saw. Atas izin Allah, beliau memberikan syafaat terbesar pada permulaan tahap penetapan dan penghitungan amal.

Sejujurnya, siapapun manusianya pantas khawatir tatkala amalannya ditimbang di akhirat, karena betapa banyak dosa yang diperbuat. Oleh karena itu, syafaat Rasulullah amat diharapkan, sebagai pertolongan luar biasa menuju surga.

Syukurnya, pada banyak hadis, Nabi Muhammad yang demikian pemurah telah memberikan gambaran, cara terindah untuk meraih syafaat.

Abu Hurairah bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling bergembira memperoleh syafaatmu pada hari kiamat?”

Rasululah menjawab, “Orang yang paling bergembira memperoleh syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlas dari lubuk hatinya yang paling dalam.” (HR. Bukhari)

Betapa ringannya kalimat la ilaha illallah tetapi betapa berat bagi lidah kita mengucapkannya. Padahal ini salah satu kunci syafaat, apalagi kalau kita mampu ikhlas dalam mengucapkannya.

Dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang paling berhak atas diriku, artinya orang yang paling layak menerima syafaatku dan pemuliaanku adalah orang yang paling banyak bersalawat bagiku.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Hibban)

Salawat juga salah satu gerbang menuju syafaat Rasulullah, yang sebetulnya amatlah ringan tapi sering terlalaikan. Padahal dalam sebuah hadis diterangkan, dari Abu Darda' bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa bersalawat bagiku sepuluh kali pada pagi hari, syafaatku akan sampai kepadanya pada hari kiamat.” (HR. Thabrani)

Berhubung syafaat itu berhubungan dengan Nabi Muhammad, maka perlu bagi kita meneladani amalan mulia beliau. Sehingga kian mudah bagi kita diakui sebagai umatnya dan memperoleh syafaatnya. Aamiin.

 




Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Sebelumnya

Karena Rasulullah Tak Pernah Melupakan Kebaikan Orang Lain

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur