Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

SAAT ini pemerintah mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menuju tahapan adaptasi kebiasaan baru (AKB). Sayangnya, pelonggaran ini justru membuat jumlah kasus terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona semakin tinggi.

Menurut pengamat politik Teguh Santosa, ada dua hal yang menyebabkan hal tersebut. Yang pertama adalah kapasitas pemeriksaan yang semakin baik di Indonesia dan sayangnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya menjalankan protokol kesehatan yang semakin rendah.

Bisa disebut, masyarakat salah mengartikan new normal sebagai normal seperti sebelum pandemi datang.

"Pada tahun 2003, China dan Korea Utara sudah memiliki pengalaman mengatasi virus ini. Lalu pada 2015, ketika di sana MERS menyerang, mereka sudah memiliki laboratorium khusus yang dipakai untuk menangani permasalahan ini," jelas Teguh dalam  Webinar Salah Kaprah New Normal: New Normal Bukanlah Back To Normal, Minggu (26/7).

Persoalan muncul di Indonesia, yang memang tidak tersentuh virus yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Jadi, menurut praktisi media ini Indonesia seperti kehilangan golden time penanganan kasus serupa.

"Padahal saat awal kasus muncul, Maret 2020, laboratorium matematika Institut Teknologi Bandung sudah menjelaskan bahwa kasus ini akan menemukan puncaknya pada Maret dan berakhir di April. Namun untuk itu ada syarat dan ketentuan yang berlaku.

Nah, sayangnya publik tidak mendapatkan edukasi yang baik dan pemerintah juga terkesan lambat dalam penanganan di awal kasus," ujar pria yang pernah mengecap pendidikan di National University of Singapore dan University of Hawaii at Manoa.

Dan, yang membuat angka kasus semakin memuncak adalah pergeseran isu. Covid-19 di Indonesia tidak lagi Terkait persoalan kesehatan, namun sudah bergeser ke isu ekonomi. Apalagi disebutkan bahwa pada kuartal kedua ini terjadi penurunan ekonomi hingga minus 5. Ini artinya, jika PSBB dilanjutkan besar kemungkinan akan terjadi krisis ekonomi yang luar biasa di Indonesia.

"Dari sini terbentuk pola pikir di masyarakat, bahwa lebih baik mencari nafkah untuk kelangsungan hidup daripada mati sia-sia lantaran takut dengan covid," tandasnya.

 




Fokus pada Segmen Ritel, Bank Mega Syariah Perluas Jangkauan Nasabah untuk Halal Lifestyle

Sebelumnya

Direksi Minimarket di Malaysia Didakwa Menghina Agama karena Menjual Kaus Kaki Bertuliskan “Allah”

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News