Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

SELAMA ini kita mengenal peribahasa “malu bertanya sesat di jalan” sebagai penyemangat anak-anak kita untuk giat belajar.

Setiap pagi, kita tak lupa mengingatkan si buah hati untuk jangan malu dan jangan ragu bertanya pada bapak-ibu guru jika ada pelajaran yang belum dia pahami.

Pun ketika melepas anak masuk ke kantor pertamanya, ibu berpesan untuk banyak-banyaklah bertanya rekan kerja agar bisa beradaptasi dengan baik di tempat kerja.

Banyak bertanya, sejatinya memang membawa manfaat bagi yang bertanya.
Dengan bertanya, pengetahuan kita bertambah. Dengan bertanya, kita dapat memahami hal-hal yang sebelumnya tidak kita pahami. Dan dengan bertanya, kita bisa menuntaskan rasa penasaran tentang sebuah fenomena atau sebuah kejadian yang tak biasa.

Banyak bertanya menjadi sesuatu yang positif. Mengasah kecerdasan akal, ketelitian berpikir, dan ketajaman intuisi. Banyak bertanya membuat kita pada akhirnya menjadi orang dengan segudang wawasan dan perspektif. Itulah yang membuat kita memiliki pengetahuan lebih banyak dari mereka yang kurang mau bertanya.

Banyak bertanya juga melatih kemandirian kita dalam mendapatkan ilmu. Kita tidak hanya duduk menunggu guru menjelaskan materi dan menerima apa yang guru jelaskan. Banyak bertanya adalah ciri ketidakpuasan yang membuat kita dapat menggali lebih dalam banyak hal di dunia ini.

Para ilmuwan cerdas dunia adalah contoh nyata bagaimana banyak bertanya dapat menghasilkan beragam penemuan berharga bagi kehidupan umat manusia. Bisa jadi, pertanyaan-pertanyaan mereka tidak dapat dijawab dengan sempurna oleh guru-guru mereka. Namun semangat mereka untuk mencari jawaban tak pernah padam. Sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut ‘menghantui’ hingga kemudian memotivasi mereka untuk menemukan jawabannya.

Dengan banyaknya nilai positif dari banyak bertanya, kita tahu bahwa banyak bertanya adalah salah satu jalan manusia untuk bisa bertahan, berkompetisi, dan menjadi lebih baik dari yang lain.

Namun, mungkin tak banyak dari kita menyadari bahwa ada banyak bertanya yang tidak menyebabkan bertambahnya ilmu bahkan dilarang oleh Nabi Muhammad saw.

Dari Abu Hurairah, Abdurrahman bin Shakr ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Apa-apa yang aku larang, maka jauhilah. Dan apa-apa yang aku perintahkan, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya yang telah membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah banyak bertanya dan menyelisihi perintah nabi-nabi mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ternyata banyak bertanya juga menjadi salah satu tanda kelicikan manusia. Rasul menegaskan bahwa ketika seorang mukmin diperintahkan Allah dan RasulNya untuk mengerjakan sebuah ibadah, maka yang harus dilakukan adalah sami’na wa atha’na—kami dengar dan kami taat.

Banyak bertanya yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah bertanya tentang hal-hal yang tidak relevan. Banyak bertanya bukan untuk menggali lebih dalam makna di balik perintah Allah, melainkan mencari celah untuk bisa menghindari perintah tersebut. Tak lain karena alasan seseorang banyak bertanya adalah keengganannya untuk mengerjakan perintah Allah.

Dengan sekuat tenaga, mencoba menemukan dalil yang dipakai untuk mengurangi atau melebihkan kadar perintah dari Allah. Pertanyaan menjerumuskan yang bertujuan mengaburkan yang wajib menjadi sunnah juga yang mubah menjadi haram atau sebaliknya.

Misalnya saja haji yang merupakan kewajiban seumur hidup seolah menjadi kewajiban setiap tahun. Atau ngotot berpuasa pada hari tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah) meski ada larangannya.

Dalam kehidupan kita, ada pula orang yang banyak bertanya karena ingin terlihat pintar. Bertanya A hingga Z sembari memamerkan pengetahuannya atau bertanya sangat mendetail dengan tujuan membuat orang yang menjawab menjadi kelabakan. Bisa juga, banyak bertanya dengan tujuan menjerumuskan orang lain.

Maka kita tak boleh malu bertanya agar kita bisa tahu jalan mana yang harus kita tempuh dalam hidup ini. Tapi dalam urusan syariah, yang harus kita lakukan adalah berpegang pada Al Quran dan hadis lalu mengkaji tafsir para ulama. Tak perlu kita banyak bertanya karena akan menyesatkan kita dari jalan Allah.

 

 

 




Dunia Adalah Ujian: Menjaga Keseimbangan Emosi di Tengah Badai Kehidupan

Sebelumnya

Ingat Akhiratmu, Maka Duniamu Terasa Mudah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur