Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Investor)
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Investor)
KOMENTAR

NAMA Gubernur Jawa Barat yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) kini makin menjadi sorotan publik. Bak "superhero parenting", ia turun langsung menyelesaikan masalah kedisiplinan anak-anak di Jawa Barat.

Dua pendekatannya yang viral adalah: mengirim anak yang melanggar aturan sekolah ke barak militer, dan mendatangi langsung rumah anak yang dianggap kurang patuh pada orang tuanya.

Tentu, cara ini menuai pro dan kontra. Ada yang menilai langkah KDM terlalu keras, menyamakan pendidikan karakter dengan doktrin militer. Namun, di sisi lain, tak sedikit orang tua yang menyambut langkah ini dengan haru—dan bahkan rasa lega.

“Kami sudah kehabisan cara membangunkan anak sekolah. Tapi saat kami bilang, ‘mau didatangi KDM?’, langsung bangun dan mandi,” cerita seorang ibu di media sosial.

Kini, KDM menjadi “simbol ketertiban” yang membuat anak-anak lebih cepat patuh tanpa teriak-teriak atau ancaman fisik.

KDM sendiri menegaskan, barak militer bukan tempat untuk menghukum, tetapi tempat belajar disiplin dan menghormati. "Bukan untuk mengerasin anak, tapi mengembalikan nilai tata krama, tanggung jawab, dan kesadaran diri," ujarnya dalam salah satu unggahan.

Dari sisi psikologi, pendekatan seperti ini disebut sebagai stimulus korektif berbasis figur otoritas. Anak-anak yang berada dalam masa pembentukan identitas cenderung membutuhkan figur tegas yang bisa menjadi tolok ukur perilaku.

Ketika figur itu muncul dari luar keluarga—dengan wibawa dan pendekatan khas—anak-anak bisa lebih mudah menerima koreksi tanpa merasa dijatuhkan.

Meski demikian, penting juga untuk menjaga keseimbangan antara disiplin dan kasih sayang. Pendidikan karakter seharusnya tidak selalu identik dengan hukuman, tetapi bisa juga melalui dialog, keteladanan, dan dukungan emosional.

Apa yang dilakukan KDM mungkin tidak sempurna, tapi di tengah kebingungan banyak orang tua menghadapi generasi digital yang cepat berubah, kehadirannya menjadi pengingat: mendidik anak tidak bisa setengah-setengah.

Perlu keterlibatan, ketegasan, dan—yang terpenting—niat baik untuk menjadikan mereka pribadi yang lebih baik.




Peran Bijak Kakek dan Nenek dalam Pengasuhan Cucu, Kapan Boleh Mengintervensi?

Sebelumnya

Berani Bersaing, Siap Belajar: Menanamkan Jiwa Kompetitif yang Sehat pada Anak

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting