Ilustrasi GajiGesa/Net
Ilustrasi GajiGesa/Net
KOMENTAR

PERTUMBUHAN ekonomi global berangsur membaik. Menurut perkiraan Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi negara akan tetap kuat tahun ini, berkisar antara 4,5 hingga 5,3 persen. Terlepas dari harapan proyeksi positif, tenaga kerja Indonesia masih berjuang untuk memulihkan diri dan mencapai stabilitas keuangan pasca pandemi.

Gejolak ekonomi global dan ragam tantangan lainnya berdampak langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan pekerja Indonesia. GajiGesa, platform kesehatan finansial dan benefit karyawan terkemuka yang menyediakan Earned Wage Access (EWA) di Indonesia dan Asia Tenggara dan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), baru-baru ini melakukan survei tentang peluang EWA di Indonesia.

Survei mengungkapkan, hampir 35% pekerja dewasa di Indonesia tidak puas dengan upah mereka saat ini dan merasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketidakpuasan salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan harga barang yang tidak sejalan dengan kenaikan pendapatan secara bertahap.

Melihat kembali data International Labour Organization (ILO) pada 2019, pendapatan tenaga kerja Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Sebagai perbandingan, rata-rata pekerja di Indonesia berpenghasilan Rp5 juta per bulan, sedangkan di Malaysia sekitar Rp18 juta per bulan.

Begitu pula dengan pendapatan rata-rata pekerja Indonesia yang rendah, yang mendorong permintaan pinjaman yang tinggi. Akibatnya, 60% pekerja aktif berhutang.

Findex Global Bank Dunia melaporkan, berdasarkan data tahun lalu, hanya 14% pekerja dewasa Indonesia yang memiliki akses ke bank. Sisanya, harus bergantung pada pemberi pinjaman informal, yang pada akhirnya menjebak mereka dalam utang.

“Dengan pendapatan pekerja Indonesia yang relatif rendah, kemampuan untuk menyisihkan dana darurat sangat mengkhawatirkan. Hanya 32,75% dari mereka yang mampu memiliki dana cadangan, setidaknya untuk tujuh hari ke depan” jelas Izzudin Al Farras Adha, Peneliti Center of Digital Economy and SME, INDEF. 

“Sekitar 52,9% pekerja mengalami kesulitan keuangan pada akhir bulan, sementara 19% mulai kekurangan uang tunai di tengah bulan, dan 2,8% di awal bulan,” kata Izzudin.

Untuk itulah GajiGesa hadir. Sebagai pelopor EWA di Indonesia, GajiGesa telah mendorong upaya untuk mewujudkan ketahanan dan keamanan finansial pekerja di setiap tempat kerja.

“GajiGesa bertekad menjadikan Earned Wage Access sebagai landasan layanan keuangan inklusif di Indonesia. Hasil survei jelas menyampaikan bahwa karyawan dan pemberi kerja menginginkan jalan tengah bersama berupa akses tarik gaji sesuai permintaan. Dengan demikian, solusi ini bisa memberikan kontrol keuangan lebih besar serta meningkatkan keamanan finansial dan produktivitas karyawan dari waktu ke waktu,” jelas Vidit Agrawal, Founder & CEO GajiGesa.

“Platform EWA atau akses gaji instan, seperti GajiGesa, bisa membantu bisnis untuk mengoptimalkan arus kas perusahaan secara lebih baik, meningkatkan produktivitas karyawan, serta melindungi karyawan dari pemberi pinjaman informal atau rentenir,” demikian Vidit.




Bali Tawarkan Pariwisata Baru Kolaborasi Seni, Budaya, dan Inovasi

Sebelumnya

Festival Balon Udara 2024 di Wonosobo, Suguhkan Langit Cappadocia Khas Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon