KOMENTAR

DAPAT dengan mudah dibayangkan, ketika Nabi Muhammad saw. mengalami kekerasan lahir batin yang menyedihkan, maka para pengikutnya pun tidak akan terbebas dari penyiksaan.

Dan yang terjadi bukan hanya sebatas siksaan psikis dan fisik, bahkan juga sampai berujung pada melayangnya nyawa.

Demikianlah beratnya ujian keimanan yang mesti ditanggung generasi pertama Islam. Namun bersama Rasulullah yang teramat dicintai, mereka mampu menerima semua kepedihan itu dengan ketabahan luar biasa.

Muhammad Amahzun dalam bukunya Manhaj Dakwah Rasulullah (2006: 60-61) menceritakan: 

Siksaan dan tekanan kaum Quraisy dari hari ke hari semakin keji dan kejam. Tak jarang, kaum muslimin yang lemah ikut menjadi sasaran penyiksaan karena teguh mempertahankan Islam, sekaligus memberi peringatan (ancaman) pada muslimin yang lain.

Tercatat, banyak sekali kabilah yang menyiksa para budak yang masuk Islam. Di antara mereka yang disiksa itu, ada yang dijemur dan disiksa di tengah sahara pada siang hari bolong tanpa diberi makan dan minuman.

Umayyah ibn Khalaf misalnya, ia menjemur Bilal di tengah padang pasir Mekah pada tengah hari dan menaruh batu yang besar di atas dadanya. Lalu, ia berkata, “Kamu akan terus saya biarkan seperti ini sampai mati, atau kamu mau mengingkari Muhammad dan kembali menyembah Latta dan Uzza!”

Namun, dalam siksaan itu Bilal tetap teguh berkata, “Ahad... Ahad...”

Syahdan, kaum musyrikin juga pernah memukuli salah seorang sahabat Rasulullah saw. dan membiarkannya kelaparan dan kehausan hingga ia tidak mampu lagi duduk tegap dikarenakan banyaknya luka dan rasa sakit yang diderita.

Kekejian yang dilampiaskan oleh kalangan musyrikin itu tidak saja menyasar muslimin, tetapi juga menyiksa kaum muslimah dengan cara yang sangat melampaui batas.

Namun tak peduli seberapa dahsyat siksaan yang dialami, para perempuan beriman itu tidak mundur sejengkal pun dari ajaran tauhid. Iman mereka memang mengagumkan, tak lekang oleh kekejian kaum musyrikin.

Siapa sangka syuhada pertama yang mempersembahkan jiwanya demi keimanan adalah seorang perempuan. Takdir Ilahi telah memilih salah seorang kaum hawa menjadi yang terdepan dalam mendapatkan kematian yang paling mulia.

Sumayyah, Sang Syahidah

Suatu hari para begundal musyrikin Quraisy datang menyerbu kediaman Ammar. Mereka mendengar pemuda itu memeluk agama Islam, padahal Ammar dan keluarganya hanyalah budak.

Dengan status sosial yang demikian rendah, maka Ammar bin Yasir sekeluarga tidak punya pelindung. Bukan hanya Ammar yang masih muda, ayah ibunya yang tua renta pun ikut jadi bulan-bulanan.

Abd al-Rahman 'Umayrah dalam bukunya Tokoh-tokoh yang Diabadikan Al-Quran (2000: 117-118) mengungkapkan:

Mereka menggiring Ammar sekeluarga ke padang pasir. Baju mereka ditanggalkan dan mereka dibaringkan di atas pasir yang panas; di atas perutnya ditindihkan sebuah batu. Para pemuda itu bergantian mencambuk mereka. Pada kaki dan tangannya diletakkan bara api, memaksa mereka kembali menyembah berhala dan kafir terhadap Nabi Muhammad.

Utsman bin Affan berkata, Rasulullah saw. pergi menuntun tanganku di Bathha’ Mekah, tiba-tiba kami melihat Ammar, ayah, dan ibunya disiksa kaum Quraisy. Terdengar oleh kami Yasir berucap, “Begitulah kehidupan di dunia ini.”

Rasulullah saw. menyambut perkataannya, “Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir.” Dalam riwayat lain, beliau berkata, “Keluarga Yasir, bergembiralah! Kalian dijanjikan pahala surga.”

Penyiksaan berjalan terus dengan kejam dan ganas, lalu Abu Jahal datang menghampiri Sumayyah, ibu Ammar, kemudian menyepak dan menempelengnya, tapi dia tetap saja mengulang-ulang ucapannya, “Ahad, ahad, ahad.”

Abu Jahal tidak sabar menghadapi sikap keras perempuan itu, lalu ia mengambil tombak dan mengancam akan menikamkannya ke dada dan hatinya.

Tiba-tiba tikaman itu dengan bantuan setan berhasil mengenai sasarannya, menewaskan Sumayyah sebagai pahlawan dan syahidah pertama dalam sejarah Islam.

Ia telah pergi meninggalkan dunia fana menuju alam baqa dengan sikap kesatria karena mempertahankan keimanannya dengan gigih. Itulah Sumayyah, ibu Ammar.

Apakah kematiannya itu menyadarkan kaum Quraisy? Ternyata darah Sumayyah itu membuat kaum Quraisy semakin ganas dan jahat, bertambah keji terhadap orang-orang yang menyatakan, “Tuhan kami adalah Allah.”




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Sirah Nabawiyah