Lezatnya tape uli Mpok Emi mendatangkan banyak pelanggan yang sulit pindah ke lain hati/ Foto: FARAH
Lezatnya tape uli Mpok Emi mendatangkan banyak pelanggan yang sulit pindah ke lain hati/ Foto: FARAH
KOMENTAR

BANYAK bisnis kuliner yang berawal dari ketidaksengajaan membuat status di sosial media. Tampilan gambar makanan disertai komentar yang menggugah selera, membuat tertarik orang-orang yang melihat status di sosial media tersebut.

Hal ini yang dirasakan oleh Mpok Emi, wanita berdarah Betawi, yang memiliki usaha produksi tape uli di wilayah Bintara, Bekasi Barat.

Awalnya Mpok Emi, menyediakan tape uli sebagai kudapan khas lebaran untuk keluarga pada tahun 2019. Tidak banyak yang beliau buat, hanya sekitar 2 kg beras ketan putih yang menjadi ulinya dan 2 kg beras ketan hitam sebagai tapenya.

Kudapan tersebut difoto dan iseng dijadikan status whatsap oleh Syifa, anak pertama Mpok Emi. Ternyata status tersebut mampu menerbitkan selera teman-temannya, sehingga mereka tertarik untuk memesan tape uli tersebut.

Wanita itu pun menyampaikan keinginan teman-temannya tersebut kepada Mpok Emi. Bak gayung bersambut, keinginan mereka dipenuhi oleh ibunya. 3 liter tape uli pun laku terjual.

“Awalnya cuma bikin 2 liter tape uli, eh terus sama Syifa, anak saya di foto terus di posting di whatsap, temen-temennya yang lihat status Syifa pada mesen dah tuh,” cerita Mpok Emi.

Sejak saat itu pesanan demi pesanan pun datang kepada wanita yang memiliki nama lengkap Helmi Prahesti tersebut. Mereka mengenal kelezatan tape uli Mpok Emi dari mulut ke mulut.

Ide Tape Uli Mpok Emi

Melihat banyaknya pesanan yang datang kepada ibunya, Syifa pun tergerak untuk membuatkan stiker label atas usaha ibunya tersebut. Atas persetujuan ibunya, bisnis tersebut diberi nama Tape Uli Mpok Emi. Bertempat di Jl Bintara 13 RT 01 RW 013 No 109 Bintara, Bekasi Barat ,bisnis ini pun dijalaninya dengan serius. Varian tapenya pun berkembang tidak hanya ketan hitam, tapi Mpok Emi juga menyediakan tape ketan putih dan ketan hijau sebagai pilihannya.

Saat ini usaha tersebut berkembang dengan pesat, tak kurang dari 8 liter beras ketan ia tumbuk sehari menjadi uli, sedangkan tapenya selalu ia simpan di kulkas dalam jumlah banyak.

Penggemar tape uli Mpok Emi pun berkembang dari berbagai penjuru, tidak hanya Jabodetabek saja, namun pelanggan juga datang dari Jabodetabek bahkan luar Jawa. Mereka menjadikan Tape Uli Mpok Emi sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke wilayah Bekasi.

“Alhamdulillah, tape uli saya sampe ke Lampung. Banyak yang jadiin oleh-oleh. Beberapa orang juga sengaja membeli tape untuk dibuat wedang tape atau es tape. Ada juga yang pesan buat hantaran pernikahan,” ujar Ibu beranak dua tersebut.

Tidak hanya melayani pesanan langsung kepadanya, Mpok Emi juga memiliki banyak reseller yang setiap hari datang mengambil tape uli untuk mereka dagangkan.

“Setiap hari ada beberapa reseller yang datang, mereka ambil dagangan minimal 20 pasang tape uli,” kata Ibu kelahiran 13 April 1979 tersebut.

Menjelang lebaran tiba, pesanan Tape Uli Mpok Emi meningkat tajam. Ia bisa menghabiskan 60 liter beras ketan putih untuk dijadikan uli untuk memenuhi pesanan pelanggannya dan berliter-liter beras ketan hitam maupun putih untuk dijadikan tape. Dalam memenuhi pesanan lebaran, ia memakai metode ‘First Order, First Serve’, jadi siapa yang memesan paling dahulu, dialah yang akan mendapatkan tape uli dagangannya.

Mengutamakan Kualitas

Dalam berbisnis tape uli, wanita berkulit putih tersebut mengutamakan kualitas. Untuk menjaga hal tersebut, Mpok Emi selalu membuat uli yang baru.

“Alhamdulillah, yang dibawa sama reseller laku banget. Setiap hari abis, kalaupun ada sisa paling 1 atau 2 pasang. Sisanya gak pernah saya dagangin lagi buat besok, saya bagiin ke tetangga atau ke saudara. Kalau dijual lagi besok, saya khawatir udah kurang enak, jelas Mpok Emi.

Mpok Emi menjelaskan bahwa untuk mendapatkan uli yang berkualitas baik, ia membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk memproses uli tersebut. Beras ketan ia rendam sekitar pukul 10 malam. Lalu sekitar pukul 4 pagi, Mpok Emi mulai mengaron, mencampur dengan kelapa, setelah itu mengukusnya sampai matang. Setelah beras ketan dan kelapa dikukus, Mpok Emi menumbuknya secara manual hingga halus sambil menambahkan sedikit garam. Lalu menimbang dan membungkusnya dengan daun pisang.

Mpok Emi melakukannya secara bertahap, dalam sekali proses pembuatan uli, ia hanya mengukus 4 liter beras ketan putih. Hal ini bertujuan agar hasilnya maksimal.

“Bikin uli, gak bisa sekaligus. Harus bertahap, supaya hasilnya maksimal. Sekali ngaronin beras ketan putih cuma bisa 4 liter, supaya numbuknya bisa halus. Ukuran segitu pas untuk membuat uli. Kalau terlalu banyak, jadinya tidak halus hasil tumbukannya. Kalau sedikit malah jadi buang waktu. Jadi kalau ada pesanan 20 liter, ya 5 kali proses bikin uli,” demikian penjelasan wanita berusia 43 tahun tersebut.

Dalam 1 liter beras ketan, Mpok Emi menghasilkan 5 bungkus uli yang ia sebut sebagai golong.

“1 liter beras ketan jadi 5 golong,” tambah  Mpok Emi




Green Riverina, Kenekatan Berbisnis Furniture yang Berhasil Menembus Pasar Dunia

Sebelumnya

Best Friend Forever, Kedekatan Batin Ibu dan Anak di Balik Rahasia Sukses Bisnis Keripik yang Mendunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Usaha Ibu