KOMENTAR

MELIHAT bahwa 60% sampah di TPA (tempat pembuangan akhir) adalah sampah organik, padahal sampah organik sangat mudah untuk diolah kembali, Fathimah Himmatina memiliki ide untuk pengolahan sampah organik yang bernilai ekonomi tinggi.

Ia menggagas biokonversi maggot Black Soldier Fly (BSF) dan membuat alat budidaya maggot yang diberi nama Magobox, alat budidaya maggot yang portabel dan simpel. Ibu Himma, panggilan akrabnya, juga mendirikan Almagot Social Enterprise dan Komunitas Lalat Baik dengan tujuan agar budidaya maggot semakin mudah dilakukan di rumah.

Sampah yang telah diurai maggot akan menjadi pupuk organik dan pakan tenak beprotein tinggi.

Bagaimana Ibu Himma mendapat ide untuk budidaya maggot?

"Ide awalnya dari suami saya yang seorang guru. Dia membuat proyek lingkungan bersama para murid. Saat itulah dia kenal Black Soldier Fly, versi serangganya maggot. Karena pandemi membuat kami punya lebih banyak waktu luang di rumah, suami menawarkan pada saya untuk membudidayakan maggot di rumah. Saya menolak karena merasa geli, tapi suami mengatakan banyak manfaatnya. Maggot bisa mengolah sampah dan bisa menjadi pakan ternak—kebetulan kami punya Budikdamber, pelihara lele dalam ember. Nanti sampah yang terurai bisa jadi pupuk organik untuk tanaman di rumah," ungkap Ibu Himma.

Berbagai kendala dirasakan Ibu Himma dan suami di masa awal budidaya maggot. Karena minimnya pengetahuan, seringkali sejumlah maggot kabur ke rumah tetangga. Belum lagi bau yang menyengat.

Dengan menggali semakin banyak ilmu dari buku maupun konten YouTube tentang budidaya maggot, keduanya mulai memahami siklus hidup maggot. Menurut Ibu Himma, maggot dimanfaatkan sebagai pengolah sampah organik karena fase hidup sebagai maggot yang jauh lebih panjang dibandingkan saat sudah menjadi BSF. Fase hidup sebagai lalat hanya bertahan sekitar satu minggu. Dan kandungan protein yang dikandungnya 40% lebih baik untuk pakan ternak.

Melihat siklus dan kebiasaan maggot, Ibu Himma kemudian menggagas Magobox, yang terdiri dari tempat maggot dan BSF. Alat tersebut dapat mudah digunakan untuk pengolahan sampah di rumah. Magobox kemudian diikutkan ke beberapa perlombaan, salah satunya adalah Virtual Hackaton 2020 dan meraih juara pertama.

Ibu Himma dan suami banyak membagikan perjalanan budidaya maggot mereka melalui Instagram dan TikTok. Ternyata banyak orang tertarik terlebih setelah Magobox menang. Sejumlah orang mulai bertanya apakah mereka menjual magobox. Dari awalnya hanya untuk keperluan sendiri, Ibu Himma kemudian berpikir untuk membangun bisnis dari pengolahan sampah tersebut.

Setelah beberapa waktu hanya membuat Magobox berdasar pesanan, bulan April lalu Ibu Himma dan suami mendapat tawaran kolaborasi dari perusahaan waste management BioMed Sinergi Internasional. Sudah lebih dari 500 box yang terjual ke seluruh Indonesia hingga Malaysia.

Karena ketertarikan awalnya pada budidaya maggot adalah untuk manfaatnya, Ibu Himma dan suami sepakat untuk tidak mengejar profit semata. Karena itulah Almagot menjadi social enterprise, dengan 51% keuntungan diperuntukkan untuk kegiatan sosial. Mulai dari pemberian gratis Magobox, Budikdamber untuk budidaya ikan, juga tempat pilah sampah.

Kegiatan pertama yang dijalankan adalah mengedukasi remaja masjid di mushala dekat rumah mereka untuk pengolahan sampah dengan maggot. Ibu Himma ingin masjid tak hanya menjadi tempat ibadah tapi bisa memiliki manfaat lain yaitu menjadi pusat edukasi pilah dan olah sampah. Ia dan suami menyediakan sarana yang dibutuhkan hingga tidak memberatkan pengelola mushala dan tidak perlu menunggu bantuan sosial dari pihak lain.

Seiring dengan makin besar gaung budidaya maggot, Ibu Himma juga mulai mendapat undangan dari pihak sekolah dasar untuk menjelaskan siklus hidup Black Soldier Fly terkait pembahasan daur hidup binatang. Ia senang bisa menambah pengetahuan anak-anak sekaligus menanamkan kecintaan terhadap lingkungan sejak dini.

Ibu Himma berharap semakin banyak orang peduli pada lingkungan dan bisa menjadi agent of change dari rumah.

Atas kiprahnya, Fathimah Himmatina terpilih menjadi salah satu dari 21 perempuan Penggerak Literasi Ibu Ibukota Awards 2021. Mereka adalah para perempuan yang berjuang di bidang kesehatan, lingkungan, kewirausahaan, pendidikan, serta pemberdayaan.

IBU Ibukota Awards merupakan wadah apresiasi yang mengangkat kisah para perempuan penggerak #AksiHidupBaik di seluruh penjuru kota Jakarta. Digagas oleh Fery Farhati, istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ibu Ibukota Awards menjadi ajang penghargaan tahunan yang dilaksanakan sejak tahun 2019.




Tetap Aktif di Usia 83 Tahun, Ros Yusuf Sekolahkan Anak Yatim Piatu dan Dhuafa Demi Pendidikan yang Adil Merata

Sebelumnya

Henny Christiningsih, Membawa UMKM Batik Go Global

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Paras Jakarta