IKAN bandeng yang lezat, ayam goreng renyah, hingga air minum dalam botol plastik — siapa sangka semua itu bisa menjadi jalur masuk mikroplastik ke tubuh kita?
Mikroplastik, serpihan plastik kecil berukuran kurang dari lima milimeter, kini ditemukan di hampir semua jenis makanan, udara, dan bahkan dalam tubuh manusia.
Sebuah studi menemukan bahwa 94 persen ikan dari Teluk Jakarta mengandung mikroplastik di insang dan saluran pencernaannya. Karena banyak ikan kecil dikonsumsi utuh, mikroplastik itu ikut masuk ke tubuh manusia. Bahkan, data menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menelan hingga 15 gram mikroplastik per bulan — setara tiga kartu kredit. Ini tertinggi di dunia.
Mikroplastik berasal dari plastik sekali pakai, seperti kantong dan botol minum, yang terurai menjadi partikel kecil. Di Indonesia dan banyak negara Asia Tenggara, budaya buang sampah sembarangan serta kurangnya pengelolaan limbah menjadi pemicu utama. Sungai-sungai tercemar, dan TPA seperti Bantar Gebang sudah kelebihan kapasitas.
Dampaknya sangat serius. Dikutip dari CNA, penelitian menunjukkan bahwa nanoplastik bisa menembus penghalang darah-otak, menyebabkan gangguan kognitif seperti demensia. Mikroplastik juga ditemukan di arteri pasien jantung dan meningkatkan risiko serangan jantung hingga lima kali lipat. Bahkan, partikel kecil ini bisa menembus plasenta, membahayakan janin.
Sayangnya, kelompok rentan di permukiman kumuh tidak punya pilihan lain selain mengais sampah plastik demi bertahan hidup. Meski sadar akan bahayanya, keterbatasan ekonomi membuat mereka tetap bergantung pada sampah plastik.
Kini, waktunya untuk sadar bahwa polusi mikroplastik bukan sekadar isu lingkungan, tapi ancaman nyata bagi kesehatan publik. Edukasi, perubahan gaya hidup, serta kebijakan pengelolaan sampah yang tegas dan menyeluruh adalah kunci.
Demi generasi mendatang, kita harus bergerak — sebelum mikroplastik menjadi warisan beracun yang tak bisa dihapus.
KOMENTAR ANDA