AYAH sebagai kepala keluarga memang punya tanggung jawab dahsyat. Selain tugas utama sebagai pencari nafkah, ayah juga tak boleh abai dalam pengasuhan anak.
Banyak ayah yang berjuang keras untuk mendapatkan penghasilan besar, dan dengan dalih ”demi anak”, mereka tenggelam dalam kesibukan hingga nyaris tak punya waktu bersama anaknya.
Hari demi hari berlalu, bonding antara ayah dan anak sedikit demi sedikit terkikis. Hingga tanpa disadari, yang muncul kemudian adalah memburuknya komunikasi yang berujung pada hilangnya kedekatan batin antara ayah dan anak.
Sebelum keharmonisan itu menghilang tanpa jejak, perhatikan 3 (tiga) ciri berikut yang menandakan memburuknya komunikasi antara ayah dan anak, dikutip dari Kreazona.
Pertama: Komunikasi didominasi perintah, protes, atau koreksi dari ayah kepada anak.
Bagaimana anak akan merasa dekat dengan ayah jika dia tidak merasa dihargai? Ayah harus ingat, anak juga manusia yang memiliki pikiran dan perasaan. Ayah harus belajar untuk berkomunikasi dua arah secara sehat. Beri kesempatan anak untuk mengungkapkan pendapat atau alasan di balik perbuatannya.
Jika komunikasi hanya dibangun di atas perintah, akan sulit menghidupkan rasa kasih sayang karena kondisinya bak bawahan dan atasan. Anak harus patuh, tidak diperkenankan bertanya apalagi menolak perintah.
Kedua: Anak pelit bicara dan tak ingin berada dekat dengan ayah.
Ciri memburuknya komunikasi ayah-anak juga terlihat saat anak mulai pelit bicara. Dia ogah bercerita tentang kegiatannya sepanjang hari. Dia enggan berbagi keluh kesah dan memilih memendamnya sendiri. Ini tak lain karena anak merasa tidak ada gunanya berbicara dengan ayah karena pasti akan dimarahi atau minimal diceramahi.
Pun saat ditanya, anak memilih menjawab dengan singkat ”biasa saja” atau ”terserah”.
Ketiga: Tidak ada kontak fisik maupun emosional antara ayah dan anak.
Tanpa disadari, ayah tak pernah memeluk anaknya. Ayah tak pernah menatap anaknya saat mereka saling berbicara. Dan tak ada lagi waktu ngobrol santai yang dipenuhi canda tawa.
Saat ketiga ciri tersebut sudah terlihat, segeralah memperbaiki keadaan. Tidak ada kata terlambat untuk menguatkan kembali bonding yang terburai. Ayah hadirlah utuh, agar anak menyadari, mencintai, dan merindukan momen bersama ayah yang menyenangkan.
KOMENTAR ANDA