Toety Heraty/Net
Toety Heraty/Net
KOMENTAR

GARA-GARA pagebluk Corona sebenarnya saya sudah membiasakan diri saya sendiri yang sudah tergolong lansia sekaligus komorbid untuk setiap saat siap meninggalkan dunia fana ini.

Namun dengan segenap kesiapan diri itu, ternyata saya tetap terkejut dan sedih ketika menerima berita duka tentang wafatnya Ibu Toety Heraty.

Apalagi belum lama berselang pada tanggal 11 September 2021, Prof. Toety masih sempat mewariskan pesan- pesan beliau melalui pertemuan zoom antara para tokoh filsafat Indonesia bersama Dirjenbud, DR. Hilmar Farid untuk menetapkan Hari Filsafat Indonesia sebagai kelanjutan hakiki Simposium Filsafat Indonesia di mana Prof Toety ikut berperan utama bersama Prof Frans Magnis Soeseno.

Bahkan secara pribadi Prof Toety telah bermurah hati memberikan kehormatan bagi saya untuk menerima kiriman konsep Ensiklopedi Filsafat Indonesia yang telah lama beliau rancang dan kini sudah mendekati masa pewujudannya.

Mahakarya sastra Toety Heraty sudah sedemikian adiluhur kandungan maknanya sehingga layak dinobatkan sebagai mahakarya filsafat berdiri sama tinggi dudu sama rendah dengan mahakarya Dante Alighieri, Umar Khayam, Rumi , Johann Wolfgang Goethe, Heinrich Heine, Paul Verlaine, Arthur Rimbaud, Emily Dickinson.

Saya pribadi tak pernah henti mengagumi enerji lahir batin Prof. Toety Heraty yang seolah tak kenal batas maksimalnya dalam gigih berjuang membangun pilar-pilar kebudayaan Indonesia.

Dalam usia jauh lebih lanjut ketimbang saya yang sudah merasa tua ini, Prof Toety Heraty masih memiliki daya ragawiah maupun batiniah sama sekali tak gentar dibandingkan dengan para pemuda dan pemudi Indonesia yang disebut milineal.

Tentu saja perbendaharaan pengalaman yang telah dihimpun Prof Toety Heraty sepanjang perjalanan hidup beliau mustahil dapat ditandingi oleh mereka yang lebih muda usia, apalagi saya.

Dengan bangga saya mengaku bahwa diri saya yang memang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa ini memang sama sekali bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa untuk layak dibandingkan dengan Prof. Toety Heraty.

Saya merasa yakin bahwa bangsa Indonesia telah kehilangan seorang tokoh pemikir mahasakti mandraguna tiada dua di planet bumi ini.

Maka sebagai seorang insan warga Indonesia yang kebetulan sedang berikhtiar mempelajari sastra dan filsafat dengan penuh kerendahan hati saya bersujud demi memberanikan diri memanjatkan doa permohonan kepada Yang Maha Kuasa agar berkenan menerima arwah Ibu Toety Heraty di sisi Yang Maha Kuasa.

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.




Viral, Seorang Terapis Diduga Lakukan Kekerasan kepada Anak Penyandang Autisme

Sebelumnya

Menggratiskan Tes PCR Pasti Mampu Jika Mau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Jaya Suprana