Panggung Festival Bedhayan 2025 di Gedung Kesenian Jakarta (9/8). (FARAH)
Panggung Festival Bedhayan 2025 di Gedung Kesenian Jakarta (9/8). (FARAH)
KOMENTAR

FESTIVAL Bedhayan ke-5 tahun 2025 kembali hadir sebagai panggung istimewa untuk merayakan seni tari klasik Nusantara pada 8-9 Agustus di Gedung Kesenian Jakarta.

Pertama kali digelar pada 2018, festival ini diselenggarakan oleh maestro seni Jaya Suprana bersama Laskar Indonesia Pusaka dan Yayasan Swarga Loka. Kehadirannya menjadi bukti nyata kolaborasi antara pemerintah, lembaga kebudayaan, dan komunitas seni dalam merawat serta menghidupkan tradisi luhur bangsa.

Tari Bedhayan bukan sekadar tarian. Ia adalah bahasa jiwa yang lahir dari keraton, penuh makna filosofis, spiritual, dan estetika. Setiap gerakan, lirikan mata, hingga lenggok tangan bukan hanya ekspresi tubuh, tetapi doa dan pesan yang diwariskan turun-temurun selama ratusan tahun. Bedhayan adalah jembatan antara dunia nyata dan nilai-nilai luhur budaya, sebagaimana batik yang tak lekang oleh waktu.

Festival Bedhayan bukan hanya ruang apresiasi, tetapi juga wujud pelestarian. Dengan menggelar pertunjukan, masyarakat diajak untuk menjaga “napas budaya” agar tetap hidup dan bisa dirasakan generasi mendatang.

Sejak 2014, Bedhayan telah diakui sebagai bagian dari ekosistem seni pertunjukan Indonesia dengan kekayaan karakteristiknya yang beragam, mencerminkan keragaman suku, daerah, dan tradisi Nusantara.

Salah satu persembahan yang istimewa adalah Bedhoyo Dewi Sukoharjo di tepian Sungai Solo. Tarian ini sarat makna: “Suko” melambangkan sukacita, kebanggaan, dan rasa gembira; sementara “Harjo” mencerminkan ungkapan syukur serta doa agar Kraton Surakarta senantiasa kuat, rakyat hidup damai dan sejahtera, terhindar dari bencana, serta selalu mendapat perlindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Festival Bedhayan 2025 hadir bukan hanya sebagai tontonan indah, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya pewarisan budaya. Setiap helai gerak adalah kisah leluhur, setiap nada gamelan adalah doa yang dipanjatkan. Dengan menjaga tradisi ini, kita tidak hanya melestarikan seni tari, tetapi juga merawat identitas bangsa.

Karena pada akhirnya, budaya adalah akar yang membuat kita berdiri tegak sebagai bangsa besar, dan Bedhayan adalah salah satu helai benang emas yang menyulam harmoni Nusantara.




LSPR AI Festival 2025: Kolaborasi Lintas Sektor untuk Masa Depan AI yang Kreatif dan Bertanggung Jawab

Sebelumnya

BAKTI INDONESIA 2025 Hari Kedua Hadirkan Health Talk tentang Kesehatan Mata, Psikologi, dan Senyum Sehat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel C&E