Ustaz Abdul Somad/ Net
Ustaz Abdul Somad/ Net
KOMENTAR

DOKTER dan tenaga medis tengah menjadi sorotan publik. Pandemi covid-19 yang seperti tidak ada habisnya, menguras seluruh tenaga dan kemampuan mereka. Bahkan, waktu bermain bersama keluarganya pun hilang.

Namun masih saja ada ucapan-ucapan negatif yang ditujukan kepada dokter dan tenaga medis, padahal mereka sudah bekerja sesuai dengan arahan pemerintah. Lalu bagaimana dapat bersabar dan istiqomah atas apa yang sudah menjadi pekerjaan dan tanggung jawab mereka?

Ustaz Abdul Somad (UAS) menjawab dalam sebuah diskusi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) beberapa waktu lalu, "Jika kamu mengikuti kebanyakan orang yang ada di muka bumi ini, maka kau akan jauh tersesat dari jalan Allah. Kita dalam Islam dituntut oleh Allah untuk beraqidah seperti layaknya pokok kayu, akar tunggal menopang hingga ke dalam tanah dan pucuknya sampai ke awan".

Andai ada angin kencang, lanjut UAS, pucuk-pucuk tersebut boleh patah, tapi akarnya tidak akan tercabut. Namun janganlah kiranya seperti eceng gondok, kemana arus deras, ke sana dia pergi. Itulah dokter-dokter yang takut kepada Allah, yang istiqomah, dia seperti pokok kayu. Oleh karena itu, dalam dunia apapun, pengacara, hakim, dan sebagainya akan selalu menemui cobaan seperti ini.

Bahkan pernah diceritakan dalam suatu riwayat, ada seorang ustadz atau pemuka agama yang diibaratkan sebagai penjahat. Dia adalah Bal Amin. Allah berfirman, "Kalau Kami mau, sudah Kami angkat derajatnya (Bal Amin). Tapi dia mempersulitkan hawa nafsunya. Ini adalah kisah seorang tokoh masyarakat yang jahat dari kalangan Bani Israil".

"Bal Amin lebih condong ke bawah, dia tidak mau ke atas. Karenanya Allah mengibaratkan dia (Bal Amin) seperti anjing, ketika dikasih makan maka lidahnya akan menjulur. Pun ketika dilempar batu atau sedang diam, lidah anjing itu tetap menjulur, tidak berubah. Artinya, tidak ada manfaat sama sekali ketika nasihat datang menghampiri. Ini akibat hati telah terkunci, telinga tertutup, begitu pula dengan mata. Tidak peka, tuli, dan buta," ucap dia.

Jadi, saran UAS, jika ada isu atau ucapan negatif datang, sebaiknya lakukan klarifikasi dan serahkan penilaiannya kepada Allah. Dengan begitu, pujian tidak membuat melambung, hinaan tidak membuat terpuruk. Jadi, bagaimana kita bisa beristiqomah dan beramal karena Allah. Maka letihnya menjadi ibadah, lelahnya menjadi tasbih, tetesan keringatnya menjadi takbir, dan tiap-tiap tulang sendinya menjadi sodaqoh.

"Maka bagaimana bapak ibu berlari-lari mengejar orang yang terpapar covid, sakit, sementara pendapat orang beranekaragam, serahkan semua pada Allah. Tapi tetap lakukan klarifikasi sekali saja. Karena jika netizen ini diikuti, tidak akan ada habisnya. Dengan begitu, Allah akan menguatkan kaki dan hatimu," tutupnya.

 




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News