KOMENTAR

ADAKAH yang lebih penting dari menyusun rencana?

Sebagai makhluk penuh khilaf, manusia sudah pasti membutuhkan evaluasi dalam hidupnya. Mereview apa yang sudah dilakukan dengan benar, apa yang salah, apa yang kurang tepat, apa yang kurang maksimal diupayakan.

Tanpa evaluasi, kita ibarat jalan di tempat. Menjalani hidup dengan menyusun segudang rencana lalu berusaha mewujudkannya. Jika gagal, ya terima saja. Begitu seterusnya. Cenderung sia-sia karena hidup kita tidak menjadi lebih baik.

Dengan evaluasi, kita belajar. Mengamati baik-baik setiap langkah yang dipilih dan setiap keputusan yang diambil untuk mewujudkan rencana kita. Maka ketika gagal, kita tahu apa alasan di baliknya. Kita memahami mengapa rencana bisa meleset dari tujuan yang sudah kita pancangkan.

Akal bukanlah ‘pajangan mahal’ yang mesti diletakkan dalam lemari. Akal adalah anugerah terbesar dari Allah yang dapat menunjukkan jalan terbaik menuju tujuan dan cita-cita kita. Akal kan memandu kita. Kita mungkin tidak sadar bahwa akal sesungguhnya mampu berpikir keras mencari rencana pengganti kala rencana pertama kita tak membuahkan hasil.

Jika kita ingin evaluasi kita menghasilkan solusi terbaik, maka sertakanlah keimanan bersama akal. Biarkan keduanya bersinergi dalam wujud ikhtiar dan tawakal.

Keimanan membuat setiap perenungan, evaluasi, dan introspeksi yang kita lakukan lebih tajam dan bermakna. Ketika keimanan mengawal evaluasi, kita menjadi lebih tenang. Kita tidak menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang terjadi. Kita juga tidak akan mencari orang lain sebagai kambing hitam dari kegagalan yang terjadi.
 
Kita menyadari bahwa menyalahkan siapa pun hanya akan menjauhkan kita dari perbaikan. Juga membuat kita antipati menerima masukan. Padahal yang kita butuhkan adalah pemikiran positif demi menemukan langkah baru yang mendekatkan kita pada tujuan.
 
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan umat mukmin untuk selalu mengevaluasi diri selama hidup di dunia. Bermuhasabah agar hari demi hari semakin jauh dari kekhilafan dan maksiat. Agar umur yang bertambah juga menambah jauh jarak kita dari kemunafikan dan kesia-siaan. Mengevaluasi berarti mengingatkan kita bahwa dunia adalah fana. Sementara. Dan tujuan akhir kita adalah akhirat yang abadi.

Ketika suami istri saling berintrospeksi dengan sungguh-sungguh, mereka akan bisa mengatakan “we’re not broken just bent, and we can learn to love again”.

Ketika seorang ibu mengintrospeksi pengasuhan anaknya, dia akan bisa mengatakan “maafkan ibu, nak…semoga Allah selalu melimpahkan kesabaran pada ibu untuk mendidikmu menjadi saleh”.

Ketika seorang pemimpin berintrospeksi, dia akan merangkul bawahannya, melecut mereka untuk maju dan berkembang, lalu mengatakan “this time we do it much better”.

Evaluasi yang kita lakukan hari ini menjadi dasar berpijak langkah kita esok. Kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kita tidak bertaruh tentang hari esok, tapi mempersiapkan diri menghadapinya. Dengan begitu hari-hari kita insya Allah akan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

 

 

 

 




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur