BAGI para pecinta petualangan, Gua Tengkorak di Desa Lowalatu, Kolaka Utara, Kecamatan Ngapa, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara justru menjadi destinasi yang memacu adrenalin. Tak sekadar wisata alam, menelusuri gua ini berarti menyelami sejarah sekaligus menantang keberanian.
Sekitar 30 km dari pusat ibu kota Kolaka Utara, Lasusua, terbentang sebuah gua sunyi yang menyimpan kisah peradaban masa lampau. Gua itu dikenal masyarakat suku Tolaki sebagai Kumapo Lawolatu, namun publik lebih mengenalnya dengan nama yang terdengar mencekam—-Gua Tengkorak.
Terletak di Bukit Tetenona pada ketinggian 210 meter di atas permukaan laut. Untuk mencapainya, pengunjung harus menempuh perjalanan menggunakan motor trail atau berjalan kaki. Dari Desa Lawolatu, perjalanan dilanjutkan sejauh kurang lebih dua kilometer melalui jalan setapak beton selebar sekitar 30 sentimeter, yang hanya cukup dilalui oleh pejalan kaki.
Setibanya di ujung anak tangga, terbentang pemandangan mulut Gua Tengkorak yang gelap, menyapa pengunjungnya dengan hawa dingin yang langsung merayap ke kulit. Gua ini memiliki lebar sekitar 28 meter dan panjang mencapai 60 meter, dengan langit-langit setinggi 15 meter yang dipenuhi stalaktit menjuntai. Di antara celah-celah batu itu, koloni kelelawar bergelantungan, menambah kesan misterius di dalam kegelapan.
Tepat di mulut gua, terlihat batu yang menjulang setinggi 5 meter dikelilingi tengkorak manusia yang tersusun rapi. Di bagian dalam, beberapa tengkorak tampak berserakan. Ada juga tengkorak manusia yang tertata rapi di dinding gua, menghadirkan pemandangan yang memikat sekaligus menggetarkan. Di antara temuan tersebut, juga terdapat tulang kaki dan tangan manusia, namun uniknya, tidak ditemukan tulang rusuk, tulang punggung, maupun tulang jari.
Menurut penuturan masyarakat setempat, dulunya tengkorak kepala manusia di gua itu jumlahnya ribuan. Namun, seiring banyaknya pengunjung yang datang ke sana, ada beberapa tengkorak kepala hancur dan hilang. Samsu, Kepala Dusun 6 Desa Lawolatu, menyebut bahwa ratusan tengkorak telah diamankan dengan cara disimpan di lubang tersembunyi demi menjaga kelestariannya.
Keberadaan tengkorak di Gua Tengkorak berkaitan erat dengan kepercayaan suku Tolaki pada abad ke-14. Pada masa itu, mereka tidak mengubur jenazah dalam tanah. melainkan meletakkannya di dalam liang gua, lengkap dengan barang-barang berharga seperti cincin, manik-manik, parang, dan keramik sebagai bekal roh menuju alam lain. Tradisi inilah yang menjelaskan temuan benda peninggalan berharga di dalam gua tersebut.
Gua Tengkorak pertama kali dicatat secara resmi oleh tim Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi, Subkorwil IX Kolaka pada tahun 2013. Penelitian Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Makassar kemudian menegaskan bahwa gua ini merupakan situs kubur suku Tolaki kuno.
Dikutip dari Haluan Sutra.id, Kabid Kebudayaan Dikbud Kolaka Utara, Sadaruddin, bahwa maraknya penjarahan membuat pemerintah mengusulkan Gua Tengkorak untuk ditetapkan sebagai situs cagar budaya. Usulan ini akhirnya disahkan oleh BPCB Sulawesi Selatan pada 12 Agustus 2022.



KOMENTAR ANDA