DALAM kehidupan yang serba cepat dan penuh tuntutan, manusia sering kali lupa bahwa kunci ketenangan bukan terletak pada banyaknya pencapaian, tetapi pada keikhlasan dalam menjalaninya. KH Abdullah Gymnastiar, atau yang akrab disapa Aa Gym, pernah menyampaikan pesan lembut namun mendalam tentang makna sejati ibadah.
Menurut beliau, ibadah bukan sekadar ritual di masjid atau waktu tertentu. Ibadah adalah napas kehidupan—terwujud dalam setiap pekerjaan, pelayanan, bahkan dalam senyum yang tulus kepada sesama. “Kalau semua itu dilakukan karena Allah, maka semuanya bernilai ibadah,” tutur Aa Gym, dalam sebuah kajian di Palembang beberapa waktu lalu.
Kalimat sederhana itu mengingatkan bahwa setiap langkah, sekecil apa pun, bisa menjadi amal besar jika dilandasi niat yang benar.
Keikhlasan adalah seni menyerahkan hasil kepada Allah setelah berusaha sebaik-baiknya. Orang yang ikhlas tidak mudah kecewa ketika usahanya tak dihargai, karena hatinya telah belajar bahwa penilaian manusia bukan tujuan. Ia bekerja dengan tenang, melayani dengan bahagia, dan memberi tanpa berharap kembali—sebab yang ia cari hanyalah rida-Nya.
Dalam keikhlasan, hati menjadi ringan. Tidak ada lagi beban untuk membuktikan diri, karena yang terpenting bukan pandangan orang lain, melainkan pandangan Allah. Di situlah letak kebahagiaan sejati—bukan pada apa yang kita miliki, tapi pada ketulusan hati dalam menjalaninya.
Pesan Aa Gym mengingatkan kita untuk kembali menata niat. Bahwa bekerja, membantu, bahkan tersenyum, bila dilakukan dengan keikhlasan, semuanya menjadi ibadah. Karena sesungguhnya, hidup yang bernilai bukanlah hidup yang dipenuhi pujian, tetapi hidup yang dijalani dengan hati yang tulus, dalam diam namun penuh cahaya.



KOMENTAR ANDA