Rania Yamin (Instagram/@raniaayamin)
Rania Yamin (Instagram/@raniaayamin)
KOMENTAR

MEDIA sosial telah hadir sebagai sebuah panggung luas untuk para generasi muda mengekspresikan diri. Melalui berbagai platform, mereka bahkan mampu memengaruhi selera, gaya hidup, hingga pandangan sebuah generasi.

Salah satu nama yang kini bersinar terang, terutama di kalangan Generasi Z, adalah Rania Yamin. Ia dikenal luas sebagai lifestyle influencer di platform seperti TikTok dan Instagram yang memiliki personal branding yang sangat khas: perpaduan antara budaya tradisional dan gaya hidup modern.

Rania Yamin bukanlah sosok biasa. Ia merupakan cicit dari Muhammad Yamin, tokoh perumus dasar negara dan pahlawan nasional Indonesia. Ayah Rania, Kanjeng Raden Mas Haryo (KRMH) Raharja Sayamin, atau dikenal juga sebagai Roy Rahajasa Yamin adalah cucu dari Muhammad Yamin.

Tak hanya memiliki darah pahlawan, Rania juga masih memiliki garis keturunan langsung dari keluarga besar Mangkunegaran, salah satu keluarga bangsawan penting di Surakarta, Jawa Tengah.

Di media sosialnya, Rania kerap membagikan kesehariannya di Mangkunegaraan dan gaya busana tradisional yang anggun melalui akun Instagram pribadinya @raniayamin, yang kini telah memiliki lebih dari 413 ribu pengikut.

Awalnya, ia hanya membagikan foto-foto dirinya berkebaya di Instagram saat Hari Kartini pada 2020. Ia mendapat respons positif dari teman-teman dan pengikutnya, yang kemudian membuat Rania semakin percaya diri dan rutin mengenakan kebaya, bahkan di kehidupan sehari-hari. Ini menjadi sebuah langkah yang menginspirasi banyak anak muda untuk mulai mencintai budaya sendiri namun tetap bergaya modern.

“Di awal saya buat konten mengenakan kebaya, follower saya masih 1000an. Saya memakai semua koleksi eyang dan ibu, sampai ke aksesoris dari atas sampai bawah, sebenarnya saya cukup sering mendaur ulang dari lemari Eyang dan bikin gaya saya sendiri,” ungkap Rania.

Pandemi menjadi babak baru dalam perjalanan Rania sebagai kreator konten. Di saat banyak orang mencari hiburan dari layar, Rania justru menghadirkan sesuatu yang tak biasa—potret kehidupan di balik dinding Mangkunegaran yang selama ini jarang terlihat publik. Lewat gaya bercerita yang hangat dan natural, ia berhasil membuat Mangkunegaran terasa lebih dekat, akrab, dan relevan bagi masyarakat masa kini.

Seiring meningkatnya perhatian publik terhadap kontennya, Rania mulai menapaki jalur profesional. Oleh sebab itu, ia semakin menyadari atas tanggung jawabnya dalam menggunakan platform media sosial dengan baik.

Menyadari perannya sebagai jembatan antara tradisi dan brand modern, Rania mengemas budaya dalam format yang mudah diterima generasi muda, dengan tetap menjaga otentisitas narasi lewat storytelling yang personal dan eksklusif.

Sebagai generasi muda, Rania tak sekadar mewarisi kain, tetapi juga menafsir ulang maknanya. Ia percaya warisan tekstil Indonesia tetap bisa tampil segar dan kontekstual bagi generasinya, selama ada ruang untuk eksplorasi motif, warna, dan gaya yang lebih personal.

Rania Yamin seolah ingin menggaungkan penggunaan pakaian adat Jawa tersebut pada anak muda dengan memasukkan unsur kekinian agar tidak ketinggalan zaman.

Rania melihat penggunaan kain dan kebaya sebagai cara yang kuat untuk menjembatani generasi muda dengan kebudayaan Indonesia.

“Karena aku hampir setiap hari gunakan kebaya dan kain, aku cuma ingin memberitahu bahwa jangan sampai pakai kebaya itu di acara formal saja, tapi biasakan keseharian juga. Kita bisa jadi sejarah berjalan gitu pake sesuatu yang sudah dibanggakan sejak dulu untuk dipake sehari-hari terutama kuliah, yang masih ngampus, mahasiswa semoga kalian lebih sering berkain lagi,” ungkapnya.

Dengan cara yang natural dan elegan, Rania mampu mengajak banyak anak muda untuk kembali melirik dan mencintai kebaya. Ia kerap membagikan inspirasi mix and match kain tradisional dengan sentuhan modern tanpa menghilangkan nilai aslinya. Tak hanya itu, Rania juga aktif dalam kampanye pelestarian kebaya agar diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.

Penampilannya di berbagai forum budaya, serta kehadirannya di media sosial, menjadikan Rania sebagai ikon muda pelestari budaya yang tidak hanya tampil cantik, tetapi juga penuh makna. Keberanian Rania menjadikan kebaya sebagai bagian dari keseharian mencerminkan semangat emansipasi ala Kartini: berdaya, berbudaya, dan menginspirasi. Ia membuktikan bahwa menjadi perempuan Indonesia yang kuat bukan berarti harus mengikuti arus, tapi mampu berdiri dengan jati diri yang utuh.

Rania juga aktif mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dalam kontennya. Dia juga sering mengangkat aspek sejarah dalam karyanya sebagai cara untuk menyebarkan pengetahuan tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Kecintaan Rania pada literasi dan Bahasa Indonesia membawanya pada pilihan untuk konsisten belajar sastra di Universitas Indonesia. “Saya sangat cinta dengan Bahasa Indonesia dan ini juga saya perkenalkan dalam konten media sosial. Saya ingin menjadi penulis dan bermimpi menerbitkan buku yang berisi refleksi hidup dan metafora perasaannya—sebuah catatan kehidupan yang bisa menginspirasi banyak orang.”

Tak berhenti di situ, di usianya yang masih 22 tahun, Rania juga telah menunjukkan kiprahnya sebagai seorang desainer sekaligus pebisnis muda di bidang fashion.

Ia adalah pendiri brand "Head Bergaya Ceria", sebuah bisnis ritel yang menjual berbagai jenis kebaya modern dengan sentuhan desain kekinian. Selain itu, Rania juga mengembangkan bisnis lain di bidang kain tradisional bernama "Kain Gembira", yang turut mempopulerkan kekayaan tekstil Nusantara. Gaya fashion Rania yang sering ia pamerkan di media sosial menunjukkan kecintaannya terhadap budaya lokal, khususnya busana tradisional seperti kebaya.

Warna-warna yang ia pilih pun tak kalah ceria: hijau terang, kuning, dan nuansa vibran yang mencerminkan jiwanya yang hangat dan optimistis. Rania menyebut personal style-nya seperti “matahari dan pelangi setelah hujan”—penuh warna, hidup, dan membumi. Lewat setiap lilitan kain, ia membuktikan bahwa berpakaian bisa menjadi bentuk seni, cerita, sekaligus perayaan identitas.

Lewat setiap helaian kain dan tutur bahasanya, Rania mengingatkan kita bahwa mencintai Indonesia bisa dimulai dari hal sederhana—dari cara berpakaian, bertutur, hingga berkarya. Rania Maheswari Yamin merupakan contoh inspiratif bagi generasi muda Indonesia, menggabungkan tradisi dengan inovasi untuk memperkuat identitas budaya dan semangat nasionalisme. Dengan menjadikan media sosial sebagai ruang berkarya, Rania menyalakan semangat muda untuk terus berinovasi, melahirkan karya kreatif, dan menebar dampak positif bagi negeri.

 




Menembus Langit, Menantang Batas: Kisah Kapten Esther Gayatri Saleh Pilot Penguji Perempuan Pertama Indonesia

Sebelumnya

Lewat Lyfe With Less, Cynthia Suci Lestari Ajak Masyarakat Hidup Lebih Sederhana

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women