Nurchaeiti, owner BFF Chips/ FARAH
Nurchaeiti, owner BFF Chips/ FARAH
KOMENTAR

"Suatu hari nanti, saya ingin membuat produk dan saya akan menjajah dunia dengan produk yang saya miliki."

NIAT dahsyat itu terpatri di hati Nurchaeti ketika ia menjalani pekerjaannya di bidang farmasi di Malaysia dan Singapura selama kurun 2010 hingga 2013. Saat itu Titi, panggilan akrabnya, melihat banyak produk Indonesia yang disukai masyarakat luar negeri. Ia melihat potensi bisnis Indonesia untuk berkibar secara global.

Dan kini, di bawah bendera N&N International, nama Nurchaeti dikenal sebagai pelaku UKM yang sukses mewujudkan mimpi memiliki bisnis yang mendunia.

Setelah memutuskan untuk kembali ke Tanah Air, Titi pun melakukan riset pasar. Pada awalnya, ia mencoba berbisnis laundry, yang masih bertahan hingga saat ini. Ia melihat pasar untuk bisnis laundry di kota besar terbuka luas.

Kemudian, ia menambah varian baru dengan berbisnis kuliner, berawal dari keripik pisang tanduk.

Menurut Titi, pisang adalah komoditi asli Indonesia yang bahan bakunya melimpah dan keripik adalah camilan yang sangat akrab dengan masyarakat. Jika bisa diolah dengan baik dan bernilai tambah secara ekonomi, maka akan memiliki nilai jual yang baik.

Karena itulah ia mencoba memodifikasi resep warisan tradisional keripik Nusantara agar bisa disukai banyak orang, tak hanya masyarakat di Tanah Air tapi juga masyarakat di berbagai penjuru dunia.

"Saya lihat bahwa sebenarnya banyak produk Indonesia yang disukai di luar negeri. Ini saya pikir ini keesempatan buat kita. Di mana pemain keripik buah ini masih jarang di luar negeri. Itu saya jadikan peluang. Sehingga saya kalau konsisten di situ, saya akan berhasil," ujar Titi.

Melihat hal tersebut, membuat ia yakin untuk mencoba bisnis makanan ini dengan berbekal uang Rp100.000. Titi membeli pisang tanduk untuk diracik menjadi keripik pisang dengan resep turun temurun dari keluarganya.

Dengan dibantu tetangga rumahnya di kawasan Jagakarsa, akhirnya produk keripik pisangnya pun lahir. Ia lantas segera memasarkan produknya tersebut kepada rekan-rekan terdekatnya. Selama memasarkan, Titi pun tak lupa untuk meminta saran dan masukan sebagai bagian dari pengembangan kualitas usahanya.

Ketekunannya memasarkan produk melalui media sosial dan pemasaran offline lewat bazar-bazar membuatnya bertemu dengan seorang distributor keripik asal Brunei Darussalam, yang menjadi awal bagi Titi melebarkan sayap bisnisnya ke luar negeri.

"Awal pertama kami ekspor, kami kirim ke Brunei Darussalam awal tahun 2016, setahun setelah berdiri. Dulu awalnya kami ekspor enggak banyak. Cuma 100 pak, 200 pak. Tapi lama-kelamaan karena produk kita disukai jadi meningkat hingga dua kontainer," kata Titi mengingat cerita ekspornya pertama kali.

Titi mengaku keikutsertaannya dalam pameran di Brunei Darussalam adalah sebuah langkah nekat yang disertai tekad kuat.

Kini, ia berhasil mengembangkan usahanya dengan meluncurkan berbagai macam olahan keripik buah yaitu keripik nangka, nanas, apel, dan sukun. Ia juga mengolah camilan asin seperti keripik tempe dan jengkol, yang kini telah dinikmati oleh berbagai masyarakat dunia, yang dikemas dengan nama Best Friend Forever (BFF).

Dibanderol dengan harga Rp20.000 per pak, kemasan BFF tampil eye catching dengan warna-warni hijau, pink, dan biru dan gambar khas anak-anak yang unik.

"Gambar ini adalah hasil coretan tangan anak saya. Bukan sembarang gambar, tapi gambar tentang 'best friend forever', yang mana sahabat bukan hanya teman-teman tapi juga menggambarkan kedekatan ibu dan anak, karena ibu juga menjadi sahabat bagi anak," kata Titi kepada Farah.id tentang keripik BFF.

Titi berharap produknya bisa diterima dan dicintai oleh anak-anak Indonesia.

"Produk kami tak mengggunakan pewarna, pengawet, dan perasa tambahan. Untuk saat ini kami gunakan brand bernama BFF yaitu Best Friend Forever. Diharapkan brand ini bisa dicintai oleh anak-anak, sehingga anak-anak Indonesia bisa sehat lagi karena konsumsi camilan yang sehat."

Meskipun ketika pandemi usahanya sempat terpuruk, namun saat ini Titi berhasil untuk bangkit bahkan berhasil mendapatkan kontrak senilai Rp17 miliar dari Norwegia, Turki, dan Arab Saudi.

Apa tips dari Titi untuk para perempuan agar berani memulai langkah sebagai pengusaha?

"Pertama, tekad dan nekat. Kedua, usaha harus disiplin. Mulai dari disiplin waktu, disiplin keuangan, dan disiplin diri. Poin ketiga ini penting, agar kita tidak terjebak melakukan hal-hal yang useless, yang tidak berguna dan tidak menghasilkan. Dan ketiga, kita harus siap belajar, apa pun ilmu positif, apa pun yang bisa memajukan usaha kita, ambillah. Jangan pernah berhenti untuk belajar. Apa pun ilmu yang kita dapat, bisa kita aplikasikan ke dalam usaha kita, atau kita bisa tularkan ke teman-teman," ujar Titi.

Titi menyadari bahwa rezeki seseorang sudah ditetapkan oleh Allah Swt. Karena itulah, ia tak pernah meminta bayaran jika ada orang yang ingin belajar bisnis darinya—terutama ibu-ibu. Mereka dipersilakan untuk melihat dari dekat seperti apa workshop miliknya berjalan.

Tidak takutkah Titi kelak mereka akan menjadi kompetitornya?




Green Riverina, Kenekatan Berbisnis Furniture yang Berhasil Menembus Pasar Dunia

Sebelumnya

Flona, Hobi yang Bertransformasi menjadi Inovasi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Usaha Ibu