Denica Riadini-Flesch bersama para perajin. (Instagram/@SukkhaCitta)
Denica Riadini-Flesch bersama para perajin. (Instagram/@SukkhaCitta)
KOMENTAR

DENGAN dedikasi pada keberlanjutan dan pemberdayaan lokal, Denica Riadini-Flesch menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih Penghargaan Pritzker Emerging Environmental Genius 2025 dari UCLA, berkat terobosannya dalam membangun rantai pasok “dari pertanian ke mode.” Rantai pasok ini merupakan sebuah sistem yang mampu meregenerasi lahan, mendorong pelestarian warisan budaya, dan upaya pemberdayaan para perempuan di pedesaan.

Denica Riadini-Flesch adalah seorang ekonom sekaligus wirausahawan asal Indonesia yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia menginisiasi sebuah bisnis sustainable-fashion bernama SukkhaCitta yang menjunjung tinggi prinsip keberlanjutan dan memberdayakan perempuan di pelosok negeri.

Menghargai Alam dan Memberdayakan Perempuan

Brand SukkhaCitta berawal dari kunjungan Denica ke sebuah desa, di mana ia menjumpai kenyataan dari para perempuan pekerja tekstil. Di sana, para perempuan bekerja keras selama berminggu-minggu untuk mengolah produk tekstil sintetis untuk mendapatkan upah minimum.

Dengan SukkhaCitta, Denica bertekad menjembatani antara perajin perempuan dengan pekerjaan yang adil dan berkelanjutan. Dengan konsep ini, bisnis milik Denica menawarkan koleksi pakaian yang dibuat dari bahan ramah lingkungan dan teknik berkelanjutan.

Alih-alih membangun pabrik besar yang tersebar luas, produksi busana dilakukan di pekarangan dan pertanian kecil di Jawa, Bali, Flores, dan Timor Barat.

Brand SukkhaCitta menggunakan bahan baku alami dalam proses pembuatannya dan menerapkan zero waste

Bahan baku kapas organik yang digunakan untuk memproduksi kain ditanam di lahan campuran yang dapat meregenerasi tanah. Kemudian, kain ditenun menggunakan alat tenun tangan. Selanjutnya, kain diwarnai dengan pewarna alami yang berasal dari daun nila dan mahoni.

Para perajin perempuan yang terlibat juga diberi kompensasi atau upah dengan setimpal dan adil. Selain itu, melalui Rumah SukkhaCitta Foundation, Denica juga memberikan edukasi kepada masyarakat desa. Para perempuan diajak belajar literasi ekologi, kewirausahaan, dan teknik warisan secara berdampingan. Generasi muda desa yang dulunya bekerja di pabrik-pabrik kota pun sekarang kembali ke kampung halaman untuk mendapatkan penghasilan yang layak.

Perusahaan ini kini telah memulihkan lebih dari 120 hektar lahan terdegradasi, mencegah lima juta liter limbah pewarna sintetik beracun yang mencemari sungai, serta meningkatkan pendapatan perempuan rata-rata sebesar 60 persen.

Penerapan prinsip keberlanjutan yang dikembangkan oleh Denica ini kemudian menjadi inspirasi bagi perusahaan-perusahan lain dari berbagai bidang. Apa yang awalnya merupakan usaha sosial sederhana kini menjadi contoh industri dapat berfungsi lebih seperti sebuah ekosistem: siklus, inklusif, dan tangguh.

Denica memandang masa depan dengan visi yang berani. Ia merancang tujuan selanjutnya untuk meregenerasi 2,5 juta hektar lahan dan menciptakan penghidupan berkelanjutan bagi 10.000 perempuan pada tahun 2050. Baginya, ukuran kesuksesan bukanlah kekayaan, melainkan martabat.

Melalui bisnisnya ini, Denica tidak hanya menciptakan peluang ekonomi baru, tetapi juga turut melestarikan lingkungan dan mengangkat martabat perempuan Indonesia.

Menjaga Keindahan Warisan dalam Setiap Helai Kain

Di tengah derasnya arus mode global, SukkhaCitta hadir sebagai napas segar yang mengembalikan makna pada setiap helai kain. Brand ini menghadirkan koleksi pakaian pria, wanita, dan unisex dengan sentuhan kontemporer yang berpadu harmonis dengan keanggunan kerajinan tradisional Indonesia.

Setiap desain SukkhaCitta menceritakan tentang tangan-tangan pengrajin lokal yang menenun nilai budaya dalam setiap benang. Kain ikat, sidan, dan bordir tradisional diolah dengan pendekatan modern, menjadikannya karya yang tidak sekadar indah, tapi juga bermakna.

Kebaya, misalnya—simbol klasik busana perempuan Indonesia—dihidupkan kembali dengan siluet yang lebih lembut, modern, dan fleksibel. Hasilnya, tampilan yang tetap elegan namun terasa ringan dan mudah dikenakan di berbagai kesempatan. Sementara koleksi gender-neutral SukkhaCitta memancarkan semangat inklusivitas, mengaburkan batas antara maskulin dan feminin melalui desain yang timeless dan berkarakter.

SukkhaCitta juga kerap merilis koleksi khusus yang memiliki tema yang unik. Dikenal karena keanggunannya yang autentik, SukkhaCitta telah dikenakan oleh sejumlah figur ternama tanah air seperti Laura Basuki, Putri Marino, Andien, dan Maudy Ayunda. Salah satu koleksi yang paling terkenal adalah Angkasa, yang menonjolkan keindahan tenun ikat dan batik tulis. Koleksi ini semakin populer setelah Sheila Dara mengenakan pleated dress dari koleksi Angkasa saat memerankan karakter Sore dalam film Sore: Istri dari Masa Depan.

Lebih dari sekadar brand fashion, SukkhaCitta adalah perayaan budaya, wujud keberlanjutan, dan pelestarian nilai-nilai budaya Indonesia.




Maria Corina Machado, Api Demokrasi dari Venezuela yang Tak Pernah Padam

Sebelumnya

Langkah Pertama Perempuan Orang Rimba di Dunia Pendidikan Tinggi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women