Ilustrasi sushi, makanan khas Jepang/Net
Ilustrasi sushi, makanan khas Jepang/Net
KOMENTAR

JEPANG tanpa sushi. Sepertinya akan sulit sekali membayangkan Jepang tanpa makanan khasnya, sushi. Tapi hal ini bisa saja terjadi, karena perubahan iklim mampu melakukannya.

Saat ini, bumi sedang mengalami krisis iklim. Tapi, tidak semua manusia menyadarinya. Padahal, krisis iklim dapat memengaruhi keberlangsungan mahluk hidup hingga aneka sajian, seperti sushi Jepang.

Salah satu kota di Jepang, Shiogama, yang terkenal sebagai pasar makanan laut, menunjukkan tanda-tanda bahwa konsumen kemungkinan akan kehilangan makanan laut favorit mereka, seperti kepiting rebus dan ikan salmon, yang jadi bahan utama sushi.

Perubahan iklim menjadi pelaku utama yang memengaruhi produksi sajian makanan laut. Karena, tangkapan ikan sauri pasifik mengalami penurunan. Padahal, ikan tersebut sering disajikan secara mentah atau dipanggang, seperti sushi dan sashimi.

“Ikannya menjadi lebih kecil dan lebih tipis dari beberapa tahun lalu. Kami telah mendengar tentang bagaimana kenaikan suhu laut memengaruhi tangkapan di sini, di Tohoku, dan harganya juga jauh lebih mahal,” kata nelayan setempat.

Hal ini dibenarkan Badan Perikanan Jepang, bahwa pemanasan global telah menyebabkan perubahan dalam lingkungan laut. Hal itu berimbas pada tangkapan yang lebih sedikit, terutama untuk ikan sauri, cumi-cumi, salmon.

Tak hanya di Shiogama, komunitas nelayan di prefektur Kochi juga meresahkan hal yang sama. Diketahui, daerah tersebut telah mengalami peningkatan suhu sebesar 2 derajat celcius, selama 4 dekade terakhir.

Perairan menjadi lebih hangat, sehingga air kaya mineral dan berujung pada sedikitnya kemunculan ikan tuna. Begitu pula dengan ikan ekor kuning dan makarel Spanyol, akan berada di lokasi yang tidak biasa.

“Ikan tidak dapat mengendalikan suhu tubuh mereka sendiri. Satu-satunya pilihan adalah untuk bermigrasi ke utara,” kata Shin-ichi Ito, profesor di Institut Penelitian Atmosfer dan Lautan Universitas Tokyo.

Jika hal ini terus dibiarkan, maka salmon dapat menghilang dari perairan di sekitar Hokkaido di ujung utara Jepang, dalam hitungan dekade.




Bali Tawarkan Pariwisata Baru Kolaborasi Seni, Budaya, dan Inovasi

Sebelumnya

Festival Balon Udara 2024 di Wonosobo, Suguhkan Langit Cappadocia Khas Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Horizon