Ilustrasi vaksinasi COVID-19/ UN
Ilustrasi vaksinasi COVID-19/ UN
KOMENTAR

KETIKA negara-negara kaya menyatakan bahwa pandemi telah berakhir lalu 'memamerkan' kenyamanan hidup tanpa masker dan batasan jarak, World Health Organization (WHO) mengimbau mereka untuk tetap membantu negara-negara berpenghasilan rendah.

Penasihat senior WHO Bruce Aylward memperingatkan negara-negara kaya agar mereka tidak mengendurkan penanganan terhadap COVID-19 secara global. Terlebih lagi, WHO memprediksi akan ada gelombang baru pandemi di tahun depan.

Dalam beberapa minggu terakhir, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memang sudah mengatakan bahwa akhir pandemi sudah di depan mata. Demikian pula Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mengumumkan pandemi di negara adi daya itu telah berakhir.

Menurut Aylward, jika negara-negara kaya memamerkan "kenyamanan" mereka, itu artinya mereka memiliki kekuatan penuh untuk membantu mengakhiri pandemi di seluruh dunia.

Apa yang dikatakan Aylward tersebut mengisyaratkan tanggung jawab moral yang dimiliki negara-negara kaya sebagai bagian dari masyarakat global.

Negara-negara berpenghasilan rendah yang mendapat bantuan vaksin, obat-obatan, maupun peralatan medis dari skema donasi negara-negara kaya belum siap untuk keluar dari fase darurat pandemi, apalagi untuk bersiap menghadapi gelombang baru berikutnya.

"Jika negara-negara memilih untuk masa bodoh dan gelombang baru menghantam dunia dalam tiga bulan ke depan, Ya Tuhan...blood on your hands," ujar Aylward dikutip dari Reuters.

Aylward mencontohkan Amerika Serikat yang mempunyai akses ke semua 'amunisi' menghadapi COVID-19, mulai dari vaksin hingga peralatan. Ia juga memuji Biden yang tidak mengurangi komitmen globalnya untuk memerangi COVID-19.

WHO telah banyak bermitra dengan badan kesehatan global lain untuk memastikan akses bantuan penanganan COVID-19 tetap berjalan.

Salah satu yang banyak mendapat perhatian dunia adalah COVAX yang mendistribusikan vaksin ke negara berkembang dan negara miskin demi tujuan pemerataan vaksin di seluruh dunia.

Sayangnya, skema tersebut dinilai kurang cepat dalam praktiknya. Ada yang mengatakan bahwa COVAX akan berakhir jelang akhir tahun ini. Namun Aylward membantahnya, dan mengatakan bahwa hanya mengubah fokus saat kondisi pandemi berubah.

Selama enam bulan ke depan, COVAX akan fokus untuk memberikan vaksin untuk booster tenaga perawatan kesehatan secara global dan para lansia yang belum mempunyai kesempatan untuk divaksinasi.

Aylward menambahkan, karena manusia akan hidup berdampingan dengan COVID-19 di masa depan, maka bantuan dari negara-negara kaya akan selalu diperlukan untuk mendukung negara berkembang dan negara miskin.

"Jangan sampai bantuan terputus karena semua negara industri akhirnya berpikir pandemi sudah berakhir," tegas Aylward.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News