INDUSTRI mode Indonesia kembali disuguhkan oase inspiratif melalui FASXHIBITION 2025, sebuah perayaan akbar yang melampaui pameran biasa—ini adalah deklarasi komitmen terhadap akar budaya yang digelar di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada 16 Oktober 2025.
Mengusung tema besar “Sangkan Paraning Dumadi: Rooted in Culture, Designed for Tomorrow”, acara ini mengajak seluruh pegiat fashion untuk kembali menelusuri jati diri agar masa depan mode Indonesia teguh beridentitas dan berdaya.
Tema ini secara fundamental membahas bagaimana warisan Nusantara dan budaya fashion di Indonesia dapat bertransformasi di era digital tanpa harus kehilangan 'kalcer' atau nilai-nilai tradisi yang mendasarinya.
Talkshow utama menjadi magnet kuat, menghadirkan tiga sosok revolusioner yang tak hanya menginspirasi, tetapi juga telah membuktikan bahwa tradisi dan teknologi dapat berjalan beriringan.
Tiga Srikandi Mode Penggerak Transformasi Fesyen
Diskusi mendalam ini dimoderatori oleh Dr. Vera Utami Gede Putri. S.Pd. M.Ds, seorang Akademisi dan Dosen Desain Fesyen Universitas Negeri Jakarta. Dikenal aktif meneliti dan mengangkat tema batik kontemporer, Ibu Vera telah mewakili Indonesia di berbagai pameran internasional.
Beliau menekankan pentingnya peran pendidikan dalam menjaga relevansi budaya. "Fashion bukan sekadar penampilan, melainkan identitas dan nilai sosial," tegasnya, menggarisbawahi esensi dari pendidikan mode yang ia berikan, sejalan dengan dedikasinya yang telah menghasilkan lebih dari 20 komunikasi ilmiah dan lima buku di bidang fashion dan industri kreatif.
Teknologi Sebagai Pelestari: Kekuatan Fractal dan AI
Sesi kemudian dilanjutkan oleh Nancy Margried Panjaitan, CEO dan Co-Founder Batik Fractal Indonesia, serta COO dan Co-Founder Digital Tenun Nusantara. Beliau adalah arsitek di balik inisiatif berbasis teknologi yang memanfaatkan AI dan algoritma fractal untuk mendigitalisasi dan melestarikan kekayaan motif Indonesia.
Nancy membagikan visinya tentang bagaimana teknologi menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan.
“Melalui kolaborasi dengan teknologi, kami telah memberdayakan lebih dari 4.000 pengrajin batik dan 300 pengrajin tenun di seluruh Indonesia, membantu mereka beradaptasi di era digital tanpa mengorbankan keaslian motif," ujarnya. Inilah bukti nyata bahwa algoritma dapat merawat tradisi.
Keberlanjutan Adalah Identitas
Perspektif lain yang tak kalah krusial dibawa oleh Megasandra Simanjuntak, Founder Fashion Crafty Jakarta dan Desainer Mode di balik brand Matkontroparents. Sebagai sosok yang memadukan kepekaan estetika, keberlanjutan (sustainability), dan edukasi budaya, Megasandra telah membimbing ribuan desainer muda menemukan DNA desain mereka.
Megasandra mengingatkan para audiens bahwa fashion adalah refleksi nilai.
"Kami selalu mengajarkan kepada desainer muda bahwa fashion bukan sekedar penampilan, tetapi identitas dan nilai sosial. Dengan Fashion Crafty Jakarta, kami ingin mereka memahami bahwa DNA desain mereka harus berakar kuat pada nilai-nilai yang berkelanjutan," jelasnya.
Epilog Penuh Karya: Dari Runway hingga Workshop
Kemeriahan FASXHIBITION 2025 ditutup dengan runway utama yang menampilkan lebih dari 30 koleksi memukau dari mahasiswa tingkat akhir dan menengah. Koleksi yang dipertunjukkan secara konsisten mencerminkan tema keberlanjutan, mulai dari siluet kontemporer hingga eksplorasi busana tradisional dengan sentuhan modern yang segar.
Di area pameran, pengunjung disambut dengan wawasan mendalam: sketsa desain, moodboard, hingga dokumentasi riset yang interaktif. Antusiasme memuncak di workshop terbuka yang mengajarkan demo eco-print, pembuatan pola, dan diskusi praktis tentang membangun fashion brand lokal dari nol.
FASXHIBITION 2025 menanamkan satu pesan penting: untuk menjadi relevan di masa depan digital, kita harus lebih dulu kokoh pada akar budaya sendiri. Ini bukan hanya tentang mendesain pakaian, tetapi juga mendesain masa depan mode Indonesia yang berintegritas.



KOMENTAR ANDA