Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

MENGASUH anak secara efektif memang bukan hal yang mudah. Ada saatnya mereka memiliki perilaku yang berpotensi mengganggu, bahkan membuat kita panik. Atau ada kalanya orangtua justru mengabaikannya dengan pemikiran, "Ah, namanya juga anak-anak".

Masalah perilaku ini mungkin tidak membahayakan sekarang, tetapi kebiasaan itu akan menghambat perkembangan dan kesejahteraan anak-anak. Apalagi ada kemungkinan dapat membentuk karakter buruk saat anak dewasa.

Mengutip akun Instagram @drparenting, ada 5 perilaku yang sering diabaikan atau dianggap sepele oleh orangtua. Padahal hal itu nantinya akan menyusahkan orangtua sendiri.

1. Pura-pura tidak mendengar
Balita seringkali berbuat seperti ini, apalagi ketika mereka sedang asyik bermain atau mengerjakan sesuatu. Perilaku ini dikenal dengan istilah selective hearing atau pendengaran selektif.

Saat anak menunjukkan perilaku demikian, biasanya mereka hanya mau mendengarkan apa yang mereka inginkan. Tampaknya memang sepele, tapi di masa depan jika ini dibiarkan, maka anak tidak akan langsung mendengarkan ucapan orangtua.

2. Sengaja menyakiti orang lain
Balita Bunda suka memukul dengan sengaja ke temannya hanya karena berebut mainan? Mulai sekarang stop mengabaikan perilaku demikian, ya!

Masalah ini biasanya terjadi karena anak tidak tahu bagaimana cara meluapkan emosi negatif dengan sehat. Jika tidak segera dihentikan, ia akan tumbuh menjadi anak yang agresif dan sulit mengendalikan emosi.

3. Tidak menghargai orang lain
Anak seringkali menunjukkan sikap marah besar saat diminta membereskan mainan, membantah, atau memutar mata saat diberikan nasihat. Nah, jika dibiarkan maka masalah perilaku ini akan menjadi bumerang. Anak akan tumbuh kasar dan tidak memiliki sopan santun.

4. Memotong pembicaraan
Perilaku anak seperti ini kadang membuat orangtua menjadi geram dan kesal. Seringkali anak melakukannya karena terlalu bersemangat dan tidak bisa menahan diri untuk menceritakannya kepada kedua orangtua. Tapi kalau situasinya berbeda, misalnya saat sedang berbincang dengan tamu, tentu hal ini sangat tidak sopan, ya!

5. Membesar-besarkan cerita
Maksudnya sih agar ceritanya lebih seru dan orangtua menanggapinya dengan anggapan bahwa anak memiliki imajinasi yang sangat tinggi.

Namun kenyataannya, membesarkan atau mendramatisir cerita bisa dikategorikan sebagai white lies atau kebohongan kecil yang bisa berkembang menjadi kebohongan besar dengan konsekuensi jangka panjang yang cukup berat.

Cara Mengatasinya

Agar perilaku sepele ini tidak berkembang menjadi sifat buruk pada anak, hendaknya orangtua mulai peduli dan melakukan 'pembenaran perilaku'.

Ketika anak pura-pura tidak mendengar, Bunda bisa melakukan hal ini:
1. Hentikan kebiasaan mengulang perintah atau memanggil anak dari jauh.
2. Jika ingin anak melakukan sesuatu, dekati dan tepuk bahunya sambil memintanya untuk melihat Bunda.
3. Katakan permintaan dan perintah sekali saja, lalu tunggu responnya.
4. Bila anak tidak juga melakukan apa yang dimita, berikan konsekuensi yang sesuai.

Atau saat dengan sengaja ia menyakiti orang lain, ajarkan anak untuk mengenali dan melabeli perasaannya. Dorong dia untuk meluapkan emosi negatifnya secara sehat, melalui perkataan, memukul drum, berlari, atau mencoret kertas.

Ketika sikap tidak menghargainya muncul, berikan ketegasan mengenai perilaku benar. Misalnya Bunda bisa katakan, " Bunda baru akan menjawab kalau kamu memelankan suara dan berbicara dengan tenang".

Dan untuk mengatasi kebiasaan anak memotong pembicaraan, saat ia melakukannya lagi coba Bunda pegang tangannya sebagai tanda bahwa Bunda menyadari keberadaannya tapi teruskan pembicaraan Bunda dengan tamu tersebut hingga selesai. Setelah selesai, barulah berikan perhatian penuh dan dengarkan apa yang ingin disampaikannya.

Terakhir, saat kebiasaan hiperbolanya muncul, stop berikan ia pertanyaan sehingga Bunda tidak memberikan kesempatan baginya untuk terus berbohong. Katakan bahwa Bunda sudah tahu cerita yang sebenarnya. Dan ingatkan, bahwa apapun yang terjadi Bunda lebih senang jika anak berkata jujur.

 




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting