Susanti Ndapataka di depan rumahnya yang beratap daun/ Net
Susanti Ndapataka di depan rumahnya yang beratap daun/ Net
KOMENTAR

DI ARENA pertandingan Muaythai saat ia beraksi  dan mendapatkan kemenangan, namanya kerap dielu-elukan. Tapi siapa sangka dibalik torehan prestasi yang sudah ia raih, Susanti Ndapataka mempunyai kisah sedih di kehidupannya.

Pertama saat ia kembali ke kampung halamannya di Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat itu viral foto dan videonya saat Susanti dijemput dengan mobil pikap di bandara El Tari Kupang. Dibawah terik matahari, terlihat ditemani dua orang Susanti duduk di belakang mobil pikap. Tak ada penjemputan yang spesial dari pemerintahan setempat untuk pahlawan olahraganya ini.

Yang terbaru, ada satu fakta yang menyedihkan lainnya. Saat beberapa media menyambangi rumahnya di Desa Kuamasi, Kecamatan Fateleu. Kabupaten Kupang, para wartawan menemukan kenyataan bahwa peraih medali emas PON XX 2021 Papua ini tinggal dengan kondisi rumah yang sangat sederhana. Rumahnya hanya beratap daun gewang dan berdinding bebak.

Hanya ada satu kamar tidur di rumah itu. Di ruang tamu terdapat satu kasur. Satu lemari dan televisi ditempatkan di ruangan itu. Di atas televisi itu terpampang dua boneka maskot event nasional yang pernah dijuarai Susanti. Susanti tinggal bersama ayah dan empat saudaranya. Ibunya sudah meninggal sejak tahun 2004 lalu.

Di depan wartawan Susanti juga menunjukkan arena tempat berlatihnya. Karena keterbatasan, Susanti ternyata hanya mengandalkan sebuah sarung tinju bekas dan ban bekas dan samsak yang diikat di pohon di samping rumahnya.

Belajar Bela Diri Sejak SMP

Prestasi Susanti ternyata  cukup banyak. Di tahun 2017 ia menjuarai kerjunas di Bogor dan menjadi atlet terbaik tahun 2018 ketika ia menjuarai Tarung Bebas Indonesia dan sederet prestasi lainnya yang membuatnya meraih 5 medali.  

Susanti mengakui ia sudah tertarik dengan olahraga bela diri sejak kecil. Dia mulai mengikuti latihan saat duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMP).

"Waktu itu bukan bela diri muaythai, tapi tarung derajat. Waktu itu ikut dari SMP kelas dua sampai lulus SMA tahun 2017 lalu," kisah Susanti.

Susanti tertarik cabang olah raga bela diri bela  muaythai setelah perkenalannya dengan Angga Silitonga, pelatih yang membawanya meraih medali emas.

"Saya kenal dengan pelatih muaythai Kakak Angga ini barulah diajak untuk berlatih, lalu ikut Kejurnas untuk pertama kalinya di Bogor," jelasnya.

Ditanya mengapa ia berlatih di rumah, Susanti mengatakan jarak tempuh yang jauh antara rumah dan tempatnya berlatih membuat ia memilih berlatih di rumah salah seorang kelurganya.

"Karena jarak jauh tidak mungkin saya bolak-balik, apalagi tidak punya kendaraan pribadi jadi karena persiapannya cuma tiga minggu, saya tinggal di rumah keluarga di Kota Kupang," ungkapnya.

Sang ayah menuturkan bahwa  anak bungsunya ini memang sudah menyukai olahraga bela diri sejak kecil. Sebagai orangtua, ia pun  tidak pernah melarang aktivitas anaknya.

"Kalau tidak latihan, Susan selalu bantu saya siram tanaman di kebun, ikut gembala ternak, timba air, masak, dan semprot rumput. Pokoknya selalu ikut kerja,” tutur sang ayah.

Susanti sendiri mempersembahkan medali emasnya ini untuk ayahnya.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News