Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

MENGONSUMSI vitamin sangat baik untuk menjaga kesehatan dan imunitas tubuh. Beberapa vitamin juga terbukti membantu mengusir virus yang ada di dalam tubuh.

Di saat seperti ini, vitamin menjadi wajib dikonsumsi, baik itu vitamin C, D, E, maupun Zinc. Tak hanya itu, pola makan pun harus diatur, yaitu yang banyak mengandung vitamin dan dan mineral untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Tapi, amankan mengonsumsi banyak vitamin? Buah-buahan dan sayuran seperti apa yang mengandung banyak vitamin dan mineral?

"Mengonsumsi banyak vitamin memang bisa meningkatkan imunitas, karena memang salah satu fungsinya itu. Contohnya, vitamin C, E, A dan D serta beberapa mineral seperti Zinc dan Selenium," kata dr Feni Nugraha, MARS MGizi, SpGK, melalui channel YouTube Halodoc.

Walau vitamin multifungsi, yang perlu diingat adalah ketika hendak meningkatkan imunitas yang pertama diingat janganlah suplementasi. Namun, bagaimana mendapatkan asupan dari makanan yang sehat seperti sayur dan buah.

"Ketika sudah mengonsumsi makanan yang sehat dan ternyata ada kekurangan, misalkan pada orang yang sakit di mana nafsu makan berkurang, ada mual, muntah, atau pada ibu hamil dan menyusui yang memang kebutuhan asupan makanan sehatnya meningkat, baru pakai suplementasi. Namun, tidak boleh berlebihan," ujar dr Feni.

Kenapa tidak boleh berlebih? Apakah penggunaan vitamin di atas normal, di atas ambang batas, akan mengganggu fungsi ginjal untuk jangka panjang?

Menurut dr Feni menjawab, itu adalah mitos. Mengapa? Pertama kita harus paham dulu apa yang dimaksud dengan ambang batas. Dalam vitamin, dikenal istilah RDA atau recomended dietary allowance atau di Indonesia dikenal dengan sebutan angka kecukupan gizi.

"Yaitu jumlah vitamin yang harus dikonsumsi untuk memenuhi zat gizi dalam tubuh, agar tubuh sehat," jelasnya.

Lalu ada juga tolerable upper Intek level atau batas atas aman, yaitu batas maksimal dari konsumsi vitamin agar tidak overdosis dan memberikan efek samping yang serius, seperti gagal ginjal.

Contohnya vitamin C. Angka kecukupan gizi seseorang untuk mengonsumsi vitamin C adalah 75-90 mg dengan batas aman 2000 mg. Jika konsumsi lebih dari batas aman, maka akan ada efek samping gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, diare, nyeri perut, dan peningkatan dari risiko asam lambung (refluk).

"Terkait efek samping pada ginjal adalah biasanya terjadi pada vitamin yang larut dengan air, seperti vitamin C dan B. Jika vitamin tersebut dikonsumsi berlebihan, biasanya tubuh tidak bisa menyimpannya dan akan dibuang melalui urine (contoh vitamin C dan B)," urainya.

Kemudian, bagaimana dengan konsumsi vitamin D, yang disebut-sebut banyak minum vitamin D tidak akan memberikan efek samping apapun?

Vitamin D memang mampu meningkatkan imunitas tubuh dengan meningkatkan kinerja sel-sel imun di dalam tubuh. Karena faktanya, saat ini rata-rata orang yang terinfeksi Covid-19 memiliki kadar vitamin D dalam tubuh yang sangat rendah. Hal ini akan berpengaruh besar pada gejala komplikasi yang akan dialami pasien.

Namun perlu diingat, vitamin D adalah salah satu vitamin yang larut lemak. Ketika kita mengonsumsinya secara berlebihan, maka ia tidak akan dibuang melalui urine tetapi disimpan dalam tubuh yang nantinya akan menyebabkan toksisitas vitamin D.

Ketika seseorang mengalami toksisitas vitamin D, maka ditandai dengan gejala mual muntah, nyeri kepala, badan menjadi lemah, konstipasi atau sulit buang air besar. Bahkan, karena vitamin D ini berfungsi menyerap kalsium akan terjadi peningkatan kalsium di dalam darah.

Akibat lainnya adalah, peningkatan kalsium dalam darah memunculkan batu di saluran kemih, terjadi klasifikasi atau penyumbatan pembuluh darah di jantung.

"Sebenarnya, angka kecukupan gizi seseorang untuk vitamin D adalah 600 ribu hingga 800 ribu per hari. Tapi rata-rata orang Indonesia kekurangan vitamin D. Sayangnya, batas maksimal penggunaan vitamin D belum ada. Jadi jika ingin aman, periksakan dulu kadar vitamin D dalam darah. Dengan begitu kita akan tahu berapa kebutuhan vitamin D tubuh kita," demikian dr Feni.

 




Yuk, Lindungi Mata dari Bahaya Sinar UV

Sebelumnya

Mitos Micin Bikin Bodoh, Ahli: Tidak Ada Kaitannya!

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health